SOLOPOS.COM - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali (kanan), saat Muscab IX Hipmi Solo, Sabtu (4/2/2023) lalu. (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, SOLO — Meski diyakini isu resesi global tidak akan berdampak banyak di dalam negeri, namun Indonesia diharapkan tetap harus waspada. Ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian agar ke depan Indonesia lebih kuat.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, berharap Indonesia tidak jemawa menyikapi isu resesi tersebut. Selama ini optimisme Indonesia yang tidak akan terdampak banyak dari resesi global terus digaungkan. Meski begitu, sikap waspada menurut Rhenald, harus dilakukan.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

“Pertama tentu saja kita tidak boleh jumawa, karena sesuatu yang tidak terjadi kalau kita salah, terpeleset, bisa saja kita berat,” kata dia saat ditemui wartawan dalam kegiatan Muscab IX Hipmi Solo, Sabtu (4/2/2023) lalu.

Dia menyampaikan Indonesia sebenarnya juga hampir terkena, ketika kurs dolar sudah menempuh sekitar Rp15.788 pada Desember lalu. Beruntung hal itu dapat ditangani dengan baik sehingga turun menjadi sekitar Rp14.700-Tp14.800. Menurutnya hal itu sudah cukup bagus meski akan lebih bagus jika penanganannya bisa lebih baik lagi.

Disebutkan, jika saat ini Indonesia juga tidak lepas dari pengaruh global. Kondisinya akan lebih tidak menguntungkan ketika tingkat kesuburan di Indonesia menurun. Sebab hal itu akan berdampak pada ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) ke depan.

“Kalau tingkat kesuburan turun, Malaysia saja sudah impor [tenaga kerja] ketika tingkat kesuburannya 2,1. Indonesia sekitar 2,2. Jakarta Barat itu 1,7 tingkat kesuburannya, Bali di bawah 2, Jawa Timur sudah di bawah 2, Solo sudah di bawah 2. Artinya rata-rata keluarga di Indonesia jumlah anaknya sudah di bawah 2 hari ini,” kata dia.

Menurutnya jumlah penduduk di Indonesia harus tetap terjaga setidaknya di angka 2. Artinya, dalam satu rumah tangga, rata-rata jumlah anaknya 2. Dengan begitu populasi penduduk Indonesia tetap stabil. Sebab  kalau populasi turun dikhawatirkan ke depan harus impor tenaga kerja.

Selain itu, Indonesia juga harus memperhatikan sektor ekspor. Menurutnya ekspor harus terus ditingkatkan. Bukan hanya ekspor komoditas, dia juga mendorong peningkatan ekspor sektor manufaktur. Untuk mendukung hal itu diperlukan pula perbaikan dalam bidang pendidikan.

“Sebab sekarang ini vokasi itu kurang sekali, terutama vokasi yang berkaitan dengan engineering, kalau vokasi ilmu sosial banyak sekali kita. Jadi orang mau bikin manufaktur tenaga teknisnya ada tidak? Kita kurang,” lanjut dia.

Jangan sampai kekurangan itu akan memunculkan kondisi dimana Indonesia harus banyak mendatangkan tenaga kerja dari luar negeri.

Lebih lanjut Rhenald mengatakan agar Indonesia juga jangan melenakan mesalah geopolitik. Sebab persoalan geopolitik bisa memutus mata rantai suplai. Untuk itu, kerja keras untuk membangun industri dalam negeri sangat penting dilakukan. Termasuk memikirkan mengenai ketahanan pangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya