SOLOPOS.COM - Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid (JIBI/Solopos/Antara/Jafkhairi)

Renungan Ramadan yang disampaikan mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah Abdurrahman Wachid ini patut diperhatikan.

Kanalsemarang.com, TEMANGGUNG — Mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah Abdurrahman Wahid mengingatkan kaum muslim bahwa puasa Ramadan bukan sekadar ritual tahunan bagi umat Islam, melainkan punya banyak hakikat. Apa saja hakikat yang terkandung dalam puasa?

Promosi 796.000 Agen BRILink Siap Layani Kebutuhan Perbankan Nasabah saat Libur Lebaran

“Kami ingin mengajak kaum Muslim bisa mengerti dan memahami hakikat puasa. Saya khawatir pada mereka yang berpuasa tetapi tidak dapat pahala dan hanya mendapat lapar dan dahaga karena tidak mengetahui hakikat puasa,” katanya di Temanggung, Jawa Tengah, Jumat (26/6/2015). Renungan Ramadan itu ia sampaikan menjelang berbuka bersama dengan ratusan anak yatim piatu di Pendapa Pengayoman Temanggung yang diselenggarakan Jaringan Gusdurian bersama Pemkab Temanggung.

Berdasarkan pengamatannya, banyak kaum muslim Indonesia hanya melakukan puasa saat Ramadan. Puasa yang dilakukan pun sekadar menggugurkan kewajiban, bukan didasari kesadaran akan hakikat puasa.

Puasa, menurut Shinta Nuriyah bukan hanya mengajarkan lapar dan dahaga, tetapi juga mengajarkan umat untuk menjadi orang sabar dan kejujuran. “Berpuasa atau tidak, hanya kita sendiri dan Allah yang tahu, di sinilah kita diajarkan kejujuran karena orang lain tidak tahu,” katanya.

Menurut dia, dengan nilai-nilai berpuasa tersebut berarti orang bisa menata jiwa sehingga bisa juga menata anak bangsa menjadi bangsa yang bermartabat.

Kegiatan berbuka puasa bersama anak yatim piatu tersebut juga dihadiri tokoh-tokoh berbagai agama di Temanggung. Bahkan anak-anak dari Gereja Katolik Santo Paulus dan Santo Petrus Temanggung dalam acara itu tampil mengibur dengan menyanyikan lagu-lagu islami.

Istri mendiang Presiden Keempat RI K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu pun mengaku terkesan dengan penampilan anak-anak Gereja Katolik Santo Paulus dan Santo Petrus Temanggung tersebut. Lagu-lagu seperti Ilir-Ilir, Shalawat Tanpa Waton, dan Tamba Ati itu mereka sajikan dengan iringan biola.

Shinta mengatakan kegiatan berbuka bersama atau sahur bersama kaum duafa, kaum terpinggirkan, tukang becak, pemulung, dan lainnya akan selalu dilakukan. “Kita semua saudara, dari berbagai suku dan agama, semua bersatu dan damai. Ajaran ini ada di setiap agama. Tidak ada seorang pun yang ketika lahir tidak ada dalam masyarakat majemuk, jangan sampai ada yang mengingkarinya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya