SOLOPOS.COM - Stan di Islamic Banking (IB) Vaganza di Solo Paragon Mall, Sabtu (23/11/2019). (Solopos/Farida Trisnaningtyas)

Solopos.com, SOLO - Masih banyak tantangan yang harus dihadapi perbankan syariah untuk bisa bersaing dengan perbankan konvensional. Sosialisasi yang efektif disebut menjadi salah satu cara agar bank syariah bisa diterima masyarakat luas di Indonesia.

Direktur Bisnis Ritel dan Unit Usaha Syariah Bank Jateng, Hanawijaya, mengatakan saat ini untuk sektor industri keuangan syariah di Indonesia baru mengambil pangsa pasar sebagian kecil saja. "Dari catatan OJK [Otoritas Jasa Keuangan] industri keuangan syariah di Indonesia baru mengambil pangsa pasar 8,20%. Khusus perbankan syariah bahkan baru 5,20%. Sementara jumlah umat Islam sebagai segmen keuangan syariah cukup besar di Indonesia," kata dia dalam acara Islamic Bank (IB) Vaganza di Solo Paragon Mall belum lama ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Itulah tantangan kami. Apa yang salah dari kami? Apakah produk tidak sesuai ekspektasi muslim Indonesia? Atau karena ada kampanye negatif tentang tidak syariahnya bank syariah di Indonesia?" imbuhnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Di sisi lain dia menyebut ada kritik juga mengenai istilah dalam perbankan syariah yang belum umum di kalangan masyarakat Indonesia. "Ada murabahah, musyarakah, ijarah, dan sebagainya. Mungkin terlalu njelimet untuk menjelaskannya. Dengan pameran atau kegiatan serupa, mudah-mudahan bisa tersampaikan dengan lebih baik kepada masyarakat," lanjut dia.

Dia pun berharap ke depan bank syariah bisa diterima sebagai lembaga keuangan alternatif bagi masyarakat yang menginginkan transaksi yang sesuai syariat Islam. Persoalan lain dia mengatakan sebagai perbankan yang berada di bawah UU Perbankan, bank syariah juga harus bergerak dengan mesin berupa modal dan dana pihak ketiga.

Sedangkan untuk meningkatkan dana pihak ketiga, salah satu yang bisa dikuatkan adalah jumlah outlet. Menurutnya hal itu pula yang mrnjadi tantangan bank syariah untuk bisa bersaing dengan bank konvensional yang memiliki modal banyak dan jumlah outlet yang telah menjangkau hingga pedesaan.

Namun Meski tantangan yang dihadapi perbankan syariah untuk bisa bersaing dengan perbankan konvrnsional cukup banyak, Hanawijaya mengatakan hal utama yang saat ini dilakukan perbankan syariah adalah tetap menjaga pertumbuhan yang sehat serta menjalankan perannya untuk membantu masyarakat.

Sementara itu Ketua OJK Solo, Eko Yunianto, mengatakan perkembangan industri keuangan yang cenderung lambt bergerak di tengah masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim merupakan tantangan tersendiri. "Jika memang masih ada beberapa istilah yang belum familier, mungkin itu menjadi wacana, untuk nantinya ada istilah-istilah yang mudah dipahami," kata dia.

Sedangkan mengenai bentuk pelayanan, produk dan sebagainya, harus terus disosialisasikan kepada masyarakat agar lebih dimengerti. Termasuk dengan menggandeng para pemuka agama.

Di sisi lain, mengenai kinerja perbankan syariah di Soloraya, sebelumnya Kepala Bagian Pengawasan Industri Keuangan Nonbank (IKNB) OJK Solo, Tito Adji Siswantoro, mengatakan kinerja perbankan syariah di Solo pada September 2019 sedikit lesu. Dari sisi aset bank syariah, September 2019, mencapai Rp5,786 triliun atau turun 1,03% dibandingkan realisasi periode yang sama tahun lalu yakni Rp5,846 triliun.

Untuk pembiayaan, mencapai sekitar Rp4,807 triliun atau turun 10,56% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp5,374 triliun. Sedangkan untuk dana pihak ketiga (DPK) justru ada kenaikan Rp3,801 triliun atau naik 11,27% dari tahun lalu sebesar Rp3,417 triliun. Kemudian untuk NPF sekitar 1,64% atau naik jika dibandingkan tahun lalu yang hanya sebesar 0,98%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya