SOLOPOS.COM - Pekerja memperbaiki atap bangunan Drawisana di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Rabu (5/12/2012). Proyek renovasi gedung yang digunakan untuk menyimpan arsip itu ditangani oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Pekerja memperbaiki atap bangunan Drawisana di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Solo, Rabu (5/12/2012). Proyek renovasi gedung yang digunakan untuk menyimpan arsip itu ditangani oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SOLO – Atap Gedung Drawisana di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat direnovasi. Pelaksanaan renovasi telah berlangsung satu pekan dengan pendanaan dari pemerintah pusat. Renovasi gedung yang digunakan untuk penyimpanan arsip itu meliputi penggantian sirap, pengecatan, perbaikan dan penggantian plafon yang rusak. Proyek renovasi gedung langsung ditangani oleh Direktur Jendral (Ditjen) Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Renovasi sudah berlangsung awal Desember. Tapi yang nangani semuanya dari pemerintah pusat. Kami hanya sebagai pengawas,” jelas Wakil Pengageng Sasana Wilapa Keraton Kasunan Surakarta Hadiningrat, Kanjeng Pangeran (KP) Winarno Kasuma, Rabu (5/12/2012). Winarno menerangkan pengawasan itu bertujuan untuk mengetahui bagian mana saja barang yang tidak boleh disentuh dan mana saja yang perlu diperbaiki dan diganti. Dalam pengawasan ditangani langsung oleh KGPH Puger. Saat disinggung dana renovasi, Winarno menyebutkan sekitar Rp800-an juta. “Pengerjaan renovasi ditarget selama 45-an hari. Ya, kita tunggu saja sampai selesai,” papar Winarno.

Setelah proses renovasi pada satu gedung rampung, kata Winarno, akan dilakukan renovasi berikutnya pada gedung yang dinyatakan layak direnovasi. Gedung yang terlihat parah kerusakannya yakni gedung Sasana Siwoko dan Gedung Paringgitan. “Rata-rata kerusakan pada atap gedung. Sedangkan pertimbangan renovasi atau tidak tergantung penilaian dari pusat. Sebelum direnovasi, ada tim khusus yang diterjunkan ke sini untuk melihat kondisi keraton,” terang Winarno.

Limbah renovasi di keraton, kata Winarno, sebagian besar akan dilarung dalam upacara adat tertentu. Saat disinggung apakah limbah itu dimasukkan dalam museum sebagai benda cagar budaya (BCB), Winarno menyatakan tidak mesti. “Kita lihat dulu sisa barang itu. Kalau sirap yang rusak justru sirap dari tahap renovasi. Sementara sirap lama malah awet sekarang. Nah, kategori barang yang akan dimuseumkan harus memenuhi persyaratan lamanya umur barang tersebut,” jelasnya.

Sementara itu, KGPH Puger, menjelaskan ada beberapa bagian gedung di Keraton Solo yang sudah rapuh. Oleh sebab itu, pihaknya menghendaki renovasi secepatnya. “Saya ingin pemerintah memerhatikan kelestarian bangunan Keraton Solo. Bangunan ini bukan milik pribadi seseorang tapi merupakan salah satu aset negara,” jelas Puger.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya