SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Setelah direnovasi selama sekitar empat bulan, Bangsal Kepatihan Jogja sudah digunakan lagi.

Nuansa berbeda terasa ketika menginjakkan kaki di lantai Bangsal Kepatihan Jogja. Bangunan lama di komplek kantor Gubernur ini selalu dipakai untuk acara penting. Pada Senin (13/8) lalu digunakan untuk menyematkan penghargaan Satya Lencana dari Presiden kepada ratusan Pegawai Negeri Sipil yang telah mengabdi puluhan tahun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kini tampilan bangsal itu berbeda, karena dalam kurun waktu sekitar empat bulan terakhir dilakukan renovasi pada bagian atap, lantai dan penggantian sejumlah material. Dana yang digelontorkan pemerintah Provinsi DIY pun tidak sedikit. Bangunan cagar budaya ini butuh dana APBD lebih dari Rp2 miliar hanya sekadar renovasi.

Jika melihat sekilas, tidak ada perbedaan mencolok dibandingkan sebelumnya. Bila dilihat lebih detail memang proses pekerjaannya tidak murah. Namun secara kasat mata, yang kentara perubahan bagian lantai yang dulunya trasur, sekarang diganti menjadi tegel Kunci berwarna hijau sehingga membawa kesan adem. Kemudian cat baru warna krem membuat tampilan lebih bersih.

Ekspedisi Mudik 2024

Pelaksana pekerjaan dari kontraktor Cipta Karya Pratama, Basuki menceritakan tidak ada kendala dalam merenovasi bangsal. Pekerja proyek yang dibawa sudah ahli dalam rehab bangunan cagar budaya dipadu konsultasi dengan arkeolog.  “Yang penting kami punya tiga kaidah yang tidak boleh dilanggar,” katanya saat berbincang dengan Harian Jogja belum lama ini.

Kontraktor yang pernah merehab makam Kota Gede ini secara garis besar tidak mengurangi nilai filosofis bangsal kepatihan.  Bagian yang tidak boleh ditinggalkan adalah kualitas, tidak mengubah bentuk dan tidak mengubah posisi. Makanya tidak banyak yang berubah pada bangsal yang pernah menjadi kantor Patih Danurejo tersebut.

Plafon balok kayu jati yang sudah lapuk diganti dengan yang baru. Begitu juga dengan dhudur, empat kayu penopang Joglo dan atap dicopot diganti kayu jati anyar. Atap menggunakan logam sirap yang bisa menahan beban 5 kilogram namun ringan. Material kayu jati harus diimpor dari Blora Jawa Tengah. Tidak sembarangan dalam memilih kayu bangunan cagar budaya ini.

Jati harus sesuai kualitas bangunan jaman dulu, ukuran kayu juga menyesuaikan. Minimal untuk bangsal komplek kantor Gubernur DIY ini harus berusia 70 tahun dengan panjang sekitar 8 – 9 meter. “Kalau tidak di Blora susah, kayu jati di pasaran biasanya paling panjang hanya 2,9 meter. Kalau sudah sampai 8 meter itu harus pesan, ini diameternya 70 sentimeter,” terang Basuki.

Kebutuhan kayu jati yang cukup banyak untuk Bangsal Kepatihan ini sempat membuat truk pengangkut mengalami kecelakaan. Pasalnya tidak kuat menahan beban yang begitu banyak hingga terguling. Namun situasi itu bisa dikendalikan sehingga kayu bisa sampai di Kepatihan meski sedikit terlambat.

Basuki menjelaskan, dari sekian banyak pekerjaan yang paling sulit adalah pemasangan cat emas prodo. Cat dari emas halus ini pun didatangkan dari luar negeri. Dua negara yang memproduksi adalah Cina dan Hongkong. Kebetulan cat yang dipakai mereknya liong. Satu lembar prodo berukuran 11,5 sentimeter dengan lebar 4,5 sentimeter. “Paling sulit cat prodonya, karena tidak sembarangan. Harus telaten,” terangnya.

Prodo ditempel di setiap sudut kayu konstruksi joglo. Mulai dari kayu pangkal di atas umpak sampai dengan tumpukan kayu di langit-langit. Butuh waktu lama untuk pemasangannya. Sehingga menjelang serah terima proyek kepada Pemprov DIY, lapisan prodo ini masih dilakukan finishing. Meskipun sudah rampung, kontraktor akan melakukan perawatan selama enam bulan ke depan.

Kepala Biro Umum dan Humas dan Protokol Sigit Haryanta menguraikan, renovasi bangsal kepatihan ini karena waktunya dibenahi. Tiang soko guru diketahui sudah miring maka butuh penanganan untuk renovasi. “Totalnya butuh 120 hari pekerjaan,” katanya.

Beberapa perubahan selain penggantian material, pemprov mendesain instalasi sound system. Kabel tidak lagi di atas lantai, melainkan sudah di tanam bawah lantai. Ketika ada acara tidak perlu menarik kabel hanya tinggal colok. Setiap sudut panggung bangsal kepatihan juga disediakan stop kontak. Saat acara malam hari dilengkapi lampu sorot sebanyak 20 titik. “Ini sebagai tempat pertemuan jadi harus difasilitasi lampu dan sound system,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya