SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN -- Faizal Hanafi Firmansyah, 16, baru lulus SMP pada 2019. Tadinya dia berniat melanjutkan ke SMK. Namun niat itu terpaksa diurungkan.

Remaja asal Dukuh Bogadung RT 001, Desa Bendungan, Kedawung, Sragen, itu terpaksa mengubur mimpinya melanjutkan pendidikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dia yang kini yatim piatu harus mencari nafkah untuk menghidupi dirinya dan adiknya, Tofa Andriyansyah, 7. Ayahnya, Cipto Adriyanto, 42, meninggal dunia 46 hari lalu karena sakit.

Ibunya, Sri Puji Lestari, sudah meninggal lebih dulu pada usia 38 tahun, yakni dua tahun lalu, juga karena sakit. Faizal baru lulus dari SMPN 2 Kedawung pada 2019 ini.

Ekspedisi Mudik 2024

Ia tadinya berniat mendaftar ke SMKN 1 Kedawung tetapi diurungkan karena memikirkan beban biaya. “Saya tidak mau sekolah. Saya maunya bekerja untuk menghidupi saya dan adik saya,” ujar Faizal saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Jumat (18/10/2019) siang.

Nenek mereka, Mulyani, 54, menemani mereka dan membantu mengurus Tofa. Sudah dua pekan terakhir, Faizal bekerja sebagai penjaga parkir motor para siswa SMPN 2 Kedawung Sragen dan membantu berjualan pakan ternak di pinggir Jalan Bendungan-Dulang.

Dari hasil keringatnya, Faizal mendapat upah senilai Rp180.000/pekan atau Rp720.000 per bulan. “Hasil bekerja itu untuk mencukupi kebutuhan hidup saya dan adik saya,” ujarnya.

Faizal berniat membuka usaha jualan gas elpiji 3 kg karena kebutuhan elpiji di lingkungan tempat tinggalnya cukup tinggi tetapi lokasi pembeliannya cukup jauh.

Usaha jualan gas elpiji itu rencananya dilakukan Faizal sambil membuka toko kelontong. Namun Faizal belum memiliki modal.

Ia hanya berharap dana jamsostek dari ayahnya untuk modal usaha. Ia tak mengetahui berapa nilai dana jamsostek yang akan diterimanya sebagai warisan ayahnya.

Saat duduk di Kelas III SD, Faizal pernah jualan es kucir di sekolahnya. Jualan es kucir hasil buatan orang tuanya itu dilakoni Faizal selama tiga tahun, yakni dari Kelas III sampai lulus Kelas VI.

Namun sejak masuk SMP, Faizal tidak mau jualan es kucir lagi karena malu. Kini, jiwa kewirausahaan Faizal tumbuh lagi untuk memulai usaha itu.

“Sebenarnya banyak yang mau membiayai sekolah Faizal tetapi memang anaknya tidak mau sekolah. Maunya bekerja bisa dapat uang,” kata neneknya, Mulyani.

Mulyani berkisah adik Faizal, Tofa, juga mulai mandiri. Ia mendapat bantuan uang kemudian dibelikan mentok (itik). Sekarang Tofa memiliki empat ekor mentok dan dua ekor indukan ayam jawa.

Kedua ayam jawanya sudah memiliki anak, ayam yang satu memiliki tiga ekor anak ayam dan indukan satunya memiliki enam ekor anak ayam.

“Kalau pulang sekolah itu kadang langsung ke kandang. Mentoknya itu kadang juga dimandikan dan dikasih makan,” katanya.

Tofa sekolah di SDN Bendungan dekat SMKN 1 Kedawung yang jaraknya cukup jauh. Pamannya, Susilo, 40, yang mengantar jemput Tofa setiap hari.

Rumah Faizal dan Tofa berdekatan dengan rumah saudara-saudaranya dalam satu deret. Giman, 63, kakek mereka, yang juga Ketua RT 001 Bogadung tinggal di sebelah rumahnya. Di sebelah timurnya juga masih saudara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya