SOLOPOS.COM - Gubernur Bibit Waluyo saat memberikan sambutan dalam Musyawarah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di Klaten, Sabtu (8/9/2012). Dalam kesempatan ini Bibit kembali meminta warga di wilayah terdampak erupsi Merapi untuk mau direlokasi. (JIBI/SOLOPOS/Iskandar)

Gubernur Bibit Waluyo saat memberikan sambutan dalam Musyawarah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di Klaten, Sabtu (8/9/2012). Dalam kesempatan ini Bibit kembali meminta warga di wilayah terdampak erupsi Merapi untuk mau direlokasi. (JIBI/SOLOPOS/Iskandar)

KLATEN – Gubernur Jateng, Bibit Waluyo mengatakan pihaknya telah maksimal mengajak seluruh warga Balerante, Kemalang, Klaten yang wilayahnya terdampak langsung bahaya Merapi, bersedia direlokasi. Karena kawasan yang mereka huni saat ini merupakan kawasan bahaya Merapi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Saya mengimbau saudara-saudara yang wilayahnya masuk kawasan bahaya agar bersedia direlokasi. Kalau tidak mau, nani kalau ada apa-apa yang tidak kita inginkan jangan menyalahkan pemerintah. Wong kami sudah berulang kali mengingatkan kok. Silakan kalau tidak mau, tapi risiko tanggung sendiri,” ujar Bibit seusai menghadiri acara Musyawarah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Tengah di aula Stikes Muhammadiyah Klaten, Sabtu (8/9/2012).

Sebanyak 32 kepala keluarga (KK) pada beberapa dukuh di Balerante, Kemalang, Klaten yang daerahnya merupakan area terdampak langsung (ATL) bahaya Gunung Merapi, menolak direkolasi ke lokasi baru di Tegalweru. Sehingga Pemkab yang sedianya hendak merelokasi dan merkonstruksi 32 warga terdampak bencana Gunung Merapi tak menui hasil memuaskan.

Lebih lanjut Gubernur mengatakan pihaknya tak akan memaksa warga yang mau direlokasi pindah ke tempat yang disediakan di Tegalweru. Hanya saja mereka yang menolak diharap membuat surat pernyataan penolakan. “Silahkan membuat surat pernyataan penolakan yang berisi tidak mau ikut kebijakan negara. Dengan demikian surat itu bisa digunakan sebagai bukti jika ada hal-hal yang tak diinginkan terjadi di desa mereka, negara tidak bisa disalahkan,” kata Bibit menegaskan.

Dia berpendapat pihaknya telah melakukan berbagai pendekatan, salah satunya menyediakan tempat relokasi yang lebih aman, yakni di Dukuh Tegalweru. Namun warga yang rumahnya dinilai masuk kawasan bahaya Gunung Merapi menolaknya.
Sementara itu Kepala Desa Balerante, Sukono menbenarkan hingga kemarin sejumlah warganya yang disediakan tempat untuk relokasi tetap tak bersedia. Mereka, papar dia, lebih memilih berdiam di tempat masing-masing karena berbagai alasan.

Alasan warga menolak tempat relokasi karena Dukuh Tegalweru dinilai jauh dari tanah kelahiran mereka yang menjadi lokasi bercocok tanam sehari-hari. Mereka baru mau direlokasi asal diberi tempat di Bendorejo. Namun jika warga bersikukuh menolak direlokasi di Dukuh Tegalweru, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) akan membuat laporan ke pusat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya