SOLOPOS.COM - Pengendara motor dan mobil berhenti saat KA Bandara melintas di area pembangunan rel layang Joglo, Solo, Selasa (6/6/2023). Rel layang Joglo selesai kapan dan diperkirakan rampung Desember 2023. (Solopos/Joseph Howi Widodo)

Solopos.com, SOLO–Proyek rel layang Joglo terus digarap. Kepastian kapan selesai dikerjakan, pihak pelaksana proyek PT Wijaya Karya (Persero) Tbk memberi jawaban kapan rel layang Joglo selesai.

Project Manager PT. Wijaya Karya (persero) Tbk, Dendy Purbowo menjelaskan hingga saat ini proyek rel layang Joglo terus dikebut. Diperkirakan, Desember 2023 mendatang sudah bisa selesai.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dendy merupakan orang yang bertanggung jawab secara manajerial keberlangsungan mega Proyek Pembangunan rel layang Joglo ruas Solo Balapan-Kadipiro di Solo.

Menurut Dendy, ada tiga tahapan pembangunan yang harus ditempuh sehingga rel layang Joglo diketahui kapan selesai.

Tahap pertama terlebih dahulu membuat jalur kereta api. Jalur baru ini harus dibuat sebab kereta api tetap harus melintas. “Maka pada tahap awal jalur kereta perlu dipindahkan,” ujar dia saat ditemui Solopos.com di kantor proyek PT Wika (Persero) Tbk, Rabu (7/6/2023) sore.

Lalu tahap kedua adalah membuat pilar-pilar jembatan yang digunakan untuk menyangga kerangka rel layang. Terakhir, tahap ketiga adalah pemasangan rangka baja yang kini sudah terpasang di dua sisi.

Pembuatan kerangka jembatan untuk rel layang dilakukan di Pabrik Baja Majalengka, Jawa Barat milik PT Wika Industri & Konstruksi. Di sana rangka baja sudah disusun sampai hampir selesai. “ Sekitar 96% sudah jadi barangnya di pabrik, tinggal dikirim,” kata dia.

Kerangka yang panjang itu tidak dikirim sekali waktu, namun harus bertahap. Dendy menceritakan pengiriman dilakukan secara parsial. Dengan cara dibawa per bagian menggunakan truk, daya tempuh yang dibutuhkan dari Majalengka ke Solo berkisar satu hari. Hal itu yang menyebabkan proses rel layang Joglo harus benar-benar presisi dalam pengerjaannya.

Sesampainya kerangka-kerangka berwarna merah itu di Joglo, harus langsung diangkat menggunakan Crane seberat 275 ton. Pada tahap penyusunan sampai bisa menjadi kerangka yang utuh, di sini Dendy menceritakan kesulitannya.

Sebab Elevated Rail Simpang Tujuh Joglo itu didesain tanpa baut. Maka bagian-bagian kerangka harus disambung dengan cara mengelas. Pengelasan adalah tantangan tersendiri bagi para pekerja, sebab tingkat kesulitannya lebih tinggi.

“Coba tanya pekerja proyek, kalau sudah harus melakukan pengelasan, itu pasti geleng-geleng,” kata dia.

Maka para pekerja harus betul-betul memiliki keterampilan dan mental sekuat baja. Selain butuh keberanian untuk mengerjakan di atas ketinggian. Kesalahan dalam proses pengelasan juga bisa berakibat fatal.

Menurut Dendy, jika pipa-pipa konstruksi yang dirangkai itu tidak sinkron, kemungkinan terburuk akan menarik baja yang lain, dan berakhir putus. “Maka pengerjaanya butuh ekstra hati-hati,” kata dia.

Terlebih para pekerja harus berada di atas ketinggian. Mengerjakan pengelasan di ketinggian 272 meter, membuat para pekerja harus dibuatkan semacam habitat kerja di atas.

Dendy menyebut, total merema harus melakukan pekerjaannya selama dua kali empat jam. “Dengan skema empat jam di atas, jeda istirahat, lalu naik lagi selama empat jam,” jelas dia.

Lantaran merupakan pekerjaan dengan resiko tinggi, pihaknya harus memastikan keselamatan para pekerja. Ini diantisipasi dengan melakukan inspeksi setiap hari. Pekerja, setiap pagi harus dipastikan dalam keadaan sehat.

“Alat-alat yang kita gunakan juga harus dicek, jangan sampai ada insiden. Terlebih Joglo merupakan tempat paling ramai di Solo. Merupakan lokasi dengan kepadatan kendaraan yang tinggi ya,” jelas dia.

Tidak sampai situ, secara teknis ruang kerja proyek sangat sempit. Mengingat bahan material dan alat yang besar, idealnya dibutuhkan raung yang lebar. Ini membuat pengerjaan harus diatur dan dilakukan bertahap. Tujuannya agar tidak mengganggu keselamatan pengguna jalan di sekitar Joglo. “Kita pakai Crane saja sudah memakan banyak tempat,” kata dia.

Ini menjadi perhatian serius Dendy, sebab jika dipaksakan mengirim terlalu banyak material atau bahan bangunan akan beresiko membahayakan warga sekitar dan pengguna jalan.

Pekerjaan di luar lapangan, membuatnya harus memperhatikan kondisi cuaca. Selain akan mengganggu pekerjaan, cuaca buruk juga beresiko untuk para pekerja. Di kala Solo diguyur hujan dengan intensitas tinggi, Dendy mengerutkan dahi. Jelas proyek yang dia pimpin itu terpaksa harus berhenti sejenak.

Sebab tidak mungkin para pekerja tetap melakukan pengelasan, padahal hujan sedang mengguyur. “Terlebih kan kalau las itu kaitannya dengan listrik,” tutur dia. Menghentikan pengerjaan proyek di kala hujan itu lebih baik, toh itu untuk keselamatan pekerja di lapangan.

Proyek rel layang Joglo, menurut Dendy, sudah mencapai 75%. Diperkirakan rel layang Joglo selesai pada Desember 2023.

“Kita nunggu Viaduk Gilingan selesai dan dibuka, nanti baru ditutup total untuk penyambungan jembatan rel layangnya. Kabarnya Juli ini,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya