SOLOPOS.COM - Suasana sosialisasi pembebasan lahan untuk pembangunan rel kereta bandara di Desa Dibal, Ngemplak, Boyolali, Kamis (22/3/2018). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Para petani di Ngemplak, Boyolali, tak perlu cemas terkait rencana pembangunan rel KA bandara.

Solopos.com, BOYOLALI — Para petani di wilayah Kecamatan Ngemplak, Boyolali, diminta tak mencemaskan infrastuktur pertanian akibat pembangunan rel kereta api (KA) bandara dari Stasiun Balapan-Bandara Adi Soemarmo. Rel bakal dibangun di permukaan jembatan layang, bukan di permukaan tanah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Demikian ditegaskan panitia pembangunan rel KA bandara dari Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Tengah, Dandung Iskandar, saat sosialisasi kepada warga Desa Dibal, Ngemplak, akhir pekan lalu. Dalam forum itu, para petani menyampaikan kecemasan atas dampak pembangunan rel bandara bagi lahan pertanian.

Ekspedisi Mudik 2024

Selama ini mereka merasakan langsung dampak pembangunan tol Solo-Kertosono yang hingga kini tak kunjung selesai. “Tolong, jangan mengulangi lagi kesalahan sebelumnya. Pembangunan Tol Soker benar-benar menyengsarakan petani,” ujar Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Tri Mandiri tersebut.

Kecemasan itu langsung ditanggapi Dandung. Menurut Dandung, konsep pembangunan rel bandara ialah jembatan layang seperti di Jakarta. Model rel di atas permukaan tanah ini memberi banyak keuntungan. Selain biaya yang lebih murah dan tak banyak membebaskan lahan, model seperti ini juga minim risiko.

Baca juga:

“Salah satunya risiko kerusakan infrastuktur pertanian. Jadi, kami minta para petani tak perlu cemas berlebihan,” ujarnya.

Rel model layang itu mengikuti tepi Tol Soker. Ketika melintasi perlintasan overpass, rel akan menerobos di bawah overpass. “Ketinggian rel ya sekitar 3-4 meter,” terangnya.

Saat ini, pembangunan fondasi jalan layang untuk rel kereta bandara sudah mulai dikerjakan di sejumlah lokasi. Fondasi dibangun di tanah-tanah yang sudah tak bermasalah. “Beberapa fondasi sudah terpasang. Proyek ini dikebut. Target 2019 bisa selesai,” tambahnya.

Berdasarkan taksiran, dana yang dipakai untuk pembebasan lahan warga mencapai sekitar Rp115 miliar. Anggaran itu bakal digunakan untuk membebaskan lahan di Desa Sawahan, Pandeyan, Donohudan, Dibal, Sindon, hingga Ngesrep, Boyolali. Meski saat ini baru sebagian warga yang menerima sosialisasi, lahan-lahan yang bakal terdampak sudah terdata.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya