Para petani di Ngemplak, Boyolali, tak perlu cemas terkait rencana pembangunan rel KA bandara.
Solopos.com, BOYOLALI — Para petani di wilayah Kecamatan Ngemplak, Boyolali, diminta tak mencemaskan infrastuktur pertanian akibat pembangunan rel kereta api (KA) bandara dari Stasiun Balapan-Bandara Adi Soemarmo. Rel bakal dibangun di permukaan jembatan layang, bukan di permukaan tanah.
Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian
Demikian ditegaskan panitia pembangunan rel KA bandara dari Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Tengah, Dandung Iskandar, saat sosialisasi kepada warga Desa Dibal, Ngemplak, akhir pekan lalu. Dalam forum itu, para petani menyampaikan kecemasan atas dampak pembangunan rel bandara bagi lahan pertanian.
Selama ini mereka merasakan langsung dampak pembangunan tol Solo-Kertosono yang hingga kini tak kunjung selesai. “Tolong, jangan mengulangi lagi kesalahan sebelumnya. Pembangunan Tol Soker benar-benar menyengsarakan petani,” ujar Ketua Gabungan Perkumpulan Petani Pengguna Air (GP3A) Tri Mandiri tersebut.
Kecemasan itu langsung ditanggapi Dandung. Menurut Dandung, konsep pembangunan rel bandara ialah jembatan layang seperti di Jakarta. Model rel di atas permukaan tanah ini memberi banyak keuntungan. Selain biaya yang lebih murah dan tak banyak membebaskan lahan, model seperti ini juga minim risiko.
Baca juga:
- Warga Dibal Boyolali Terdampak KA Bandara Minta Ganti Rugi Tanah Minimal Rp2 Juta/M2
- KA Bandara Dibuat Melayang, Puluhan Bidang Tanah di Sawahan Boyolali Batal Dibebaskan
- Pembebasan Tanah untuk KA Bandara wilayah Boyolali Telan Rp115 Miliar
“Salah satunya risiko kerusakan infrastuktur pertanian. Jadi, kami minta para petani tak perlu cemas berlebihan,” ujarnya.
Rel model layang itu mengikuti tepi Tol Soker. Ketika melintasi perlintasan overpass, rel akan menerobos di bawah overpass. “Ketinggian rel ya sekitar 3-4 meter,” terangnya.
Saat ini, pembangunan fondasi jalan layang untuk rel kereta bandara sudah mulai dikerjakan di sejumlah lokasi. Fondasi dibangun di tanah-tanah yang sudah tak bermasalah. “Beberapa fondasi sudah terpasang. Proyek ini dikebut. Target 2019 bisa selesai,” tambahnya.
Berdasarkan taksiran, dana yang dipakai untuk pembebasan lahan warga mencapai sekitar Rp115 miliar. Anggaran itu bakal digunakan untuk membebaskan lahan di Desa Sawahan, Pandeyan, Donohudan, Dibal, Sindon, hingga Ngesrep, Boyolali. Meski saat ini baru sebagian warga yang menerima sosialisasi, lahan-lahan yang bakal terdampak sudah terdata.