Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
Anggota Komisi IV DPRD Boyolali, Moh Basuni mengemukakan terkait kemungkinan regrouping 30 SD tersebut sebelumnya sudah pernah dilakukan kajian oleh tim dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) setempat. Penggabungan SD itu salah satunya karena mempertimbangkan efisiensi anggaran.
“Dari kajian tim Bappeda tersebut memang ada efisiensi anggaran, terutama untuk operasional sekolah, gaji guru dan kepala sekolah dan sebagainya,” ujar Basuni.
Dijelaskan Basuni, awalnya, sekolah dengan jumlah siswa maksimal hanya 60 orang, berpotensi untuk digabung. Setelah dilakukan kajian, jumlah siswa bagi sekolah yang berpotensi digabung maksimal hanya 70 orang. Namun saat awal disosialisasikan rencana penggabungan sekolah tersebut, lanjut Basuni, ada keberatan dari sejumlah pihak terkait, termasuk dari orangtua siswa. Di daerah tertentu, penggabungan sejumlah SD berimbas terhadap makin jauhnya jarak yang harus ditempuh para siswa dari daerah tempat tinggalnya menuju sekolah yang baru.
“Ada kekhawatiran, para siswa itu justru tidak bisa sekolah karena jaraknya jadi terlalu jauh,” katanya. Menyikapi persoalan itu, Basuni menyarankan Disdikpora agar memetakan kembali sekolah-sekolah yang berpotensi untuk digabung.
“Seharusnya dilakukan pula pemetaan atau pegklasifikasian terhadap sekolah-sekolah yang masuk syarat untuk digabung. Jangan sampai disamaratakan. Sebab jika mempertimbangkan persoalan jarak dan beberapa hal lainnya, masih memungkinkan tidak sekolah-sekolah itu digabung,” kata Basuni.
Sebanyak 30 SD dinilai berpotensi untuk digabung atau regrouping 2013 ini. Sekolah yang berpotensi regrouping tersebut tersebar di sejumlah kecamatan, di antaranya Sambi, Simo, Nogosari dan Sawit.