SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Refleksi bermakna visualisasi bayangan realita ke alam nyata. Dengan demikian refleksi pendidikan dimaknai sebagai usaha visualisasi realita pendidikan saat ini ke situasi nyata yang tampak.

Berarti batasan pembahasan kali ini, menampakkan keadaan ketahanan ideologi bangsa di masa mendatang dari sosok realita pendidikan saat ini. Apakah pendidikan mampu mewujudkan ketahanan ideologi bangsa pada para peserta didik.
Realita pendidikan saat ini, pendidikan menanam benih kebencian antarwarga bangsa melalui tindak diskriminatif antarwarga bangsa. Ada istilah sekolah unggul, ada klas akselerasi, dan berbagai tindakan diskriminatif lain dalam pendidikan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari tindak diskriminatif itu, anak telah dihadapkan pada berbagai bibit perbedaan perlakuan terhadap dirinya. Mereka yang dikenalkan berbagai diskriminasi secara tersirat menanam rasa iri dan ujungnya tumbuh rasa kebencian antaranggota bangsa. Kebencian itu di kemudian hari akan jadi kumulatif dan dapat ‘meledak’ dalam bentuk disintegrasi bangsa dan ketidakmenentuan perilaku kehidupan bangsa.

Selain itu, pendidikan berada dalam kesatuan sejarah suka dan duka. Akibat perbedaan perlakuan dalam pendidikan, warga kehilangan kebersamaan dalam sejarah suka dan duka. Bahkan masyarakat miskin merasa musuh melihat masyarakat yang kaya. Mereka dianggap menjarah, merampok, dan lain sebagainya terhadap hak milik orang lain.

Berdasarkan tinjauan dari dua kasus itu jelas ketahanan ideologi tertutup kebencian dan kesenjangan itu. Meskipun kita merasa dalam kesatuan ideologi, tapi kebencian dan kesenjangam itu lebih realistis, lebih nyata di hadapan mereka, yang tampak dipermukaan kehidupan, dan akhirnya membungkus kesadaran ideologi.

Sehingga ideologi tak jadi dasar kesamaan antarkehidupan warga bangsa. Hal itu terjadi karena kita telah memasuki alam materialis, hedonistis dan egoistis. Lebih-lebih selama ini ideologi bangsa, Pancasila dipahami hanya verbal dan tak membudaya dalam pribadi kehidupan warga bangsa.

Ideologi bangsa dipahami sebatas ucapan, tak dihayati dan tak membudaya dalam perilaku dan akhirnya tak menjadi perilaku bangsa. Ideologi tak hidup subur dalam pribadi bangsa sehingga rapuh dan tak berakar pada jiwa bangsa. Ideologi tak mantap dan goyah tak jadi pegangan hidup sebagai falsafah kehidupan bangsa.

Bila diperhatikan mendalam, maka pendidikan tak membekali apa-apa untuk masa depan. Pendidikan hanya mempersoalkan masa lampau. Bahan kajian yang dilakukan anak buku teks. Dan, buku teks adalah pengetahuan disusun orang paling baru di sekitar lima tahun ke belakang. Anak diajak mempersoalkan pengetahuan lima tahun ke belakang, tak diajak mempersoalkan keadaan masa kini, lebih-lebih masa akan datang, yang akan jadi hak mereka.

Padahal anak memerlukan pengetahuan akan datang untuk bahan hidup mereka di masanya nanti. Berarti pendidikan tak membekali apa-apa untuk masa datang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya