SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BANTUL–Bertepatan dengan momentum refleksi enam tahun gempa Jogja 2006, Pengajian Keluarga Sakinah HTI menggelar pengajian akbar, doa, dan zikir bersama di Masjid Manunggal, Bantul, Minggu (26/5) pagi.

Pada 27 Mei 2006 silam, gempa berkekuatan 5,9 skala ritcher (SR) yang berpusat di sesar Opak-Oyo di wilayah Kecamatan Pundong, Bantul, merenggut lebih dari 5.000 nyawa dan merusak sekitar 570.000 rumah di wilayah Provinsi DIY dan Jawa Tengah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Meski sudah genap enam tahun berlalu, warga diminta waspada karena gempa masih bisa terjadi kapan saja.

“Sudahkah kita bersiaga?” kata Ketua Pengajian Keluarga Sakinah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) se-Kabupaten Bantul, Sri Kamtini Rosyidah kepada Harian Jogja, Minggu (27/5).

Menurut Sri, gempa dahsyat kala itu telah menyadarkan banyak orang bahwa maut sangat dekat dan bisa menghampiri sewaktu-waktu. Namun, seiring berjalannya waktu, kesadaran itu lambat laun mulai luntur.

“Kebebasan berpikir dan berperilaku mulai meracuni kehidupan remaja. Kehidupan keluarga mulai jauh dari Islam,” ujarnya.

Pengajian akbar yang dihadiri sekitar 1.000 peserta dari kalangan ibu dan remaja putri dari sejumlah Kecamatan di Bantul itu menghadirkan dua ustazah kondang, Titin Erliyanti dan Lies Arifah. Selain memandu doa dan zikir, kedua ustazah itu juga berceramah tentang pentingnya mendekatkan diri kepada Allah SWT.(ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya