SOLOPOS.COM - Glasgow, salah satu pusat ekonomi dan industri Skotlandia. (Istimewa/Wikipedia)

Solopos.com, LONDON — Rakyat Skotlandia segera menentukan nasib negaranya pekan depan, tetap bergabung dengan Kerajaan Inggris Raya, atau memisahkan diri sebagai negara merdeka. Namun menjelang referendum, sebuah poling menunjukkan mayoritas responden masih menginginkan bergabung dengan Inggris.

Pendukung Skotlandia untuk tetap bergabung dengan Inggris Raya unggul 4% atas pendukung kemerdekaan dalam poling yang dipublikasikan lembaga survei YouGov, Jumat (12/9/2014) ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Survei Yougov yang dipublikasikan The Times dan The Sun ini menunjukkan 52% responden masih ingin Skotlandia bergabung dengan Inggris. Sedangkan pro kemerdekaan atau pemisahan Skotlandia dari Inggris hanya 48%. Sisanya menyatakan tidak tahu. Sebelumnya, survei Yougov menunjukkan pro kemerdekaan Skotlandia unggul dengan 51%.

Ekspedisi Mudik 2024

“Tidak ada kampanye untuk membalikkan referendum Skotlandia,” kata Presiden Yougov, Peter Kellner, dalam komentar surveinya yang dikutip Reuters. “Ini kali pertama pemilih ‘no’ [tidak mau merdeka] unggul sejak Agustus.”

Lembaga survei Yougov dan TNS juga telah menunjukkan gelombang dukungan pemisahan Skotlandia muncul sejak Agustus saat kampanye yang dipimpin Alex Salmond meraih dukungan lebih banyak dari pro Inggris. Kelompok pro Inggris didukung oleh Partai Buruh dan beberapa suara dari kelompok perempuan.

Sejauh ini, hanya satu poling tentang referendum Skotlandia yang memenangkan kelompok pro pemisahan atau kemerdekaan Skotlandia, itu pun juga dari lembaga Yougov. Polling yang satu ini memiliki margin of error sebesar +/- 2-3% dan hanya menunjukkan keunggulan 2% bagi kelompok pro kemerdekaan.

“Meskipun pro Inggris kembali unggul, kampanye ‘yes’ [pro kemerdekaan Skotlandia] tetap mempertahankan dukungannya sejak awal Agustus,” kata Kellner. Survei terakhir melibatkan 1.268 orang di SKotlandia pada Selasa-Kamis lalu.

Menguatnya wacana pemisahan Skotlandia telah memicu investor melepas mata uang Inggris, poundsterling. Hal ini juga memicu kekhawatiran perpecahan Inggris. Jika pemisahan Skotlandia dari Inggris benar-benar terjadi, Inggris dan Skotlandia harus berbagi PDB yang mencapai $2,5 triliun, penguasaan ladang minyak di Laut Utara, dan utang-utang negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya