SOLOPOS.COM - Pria berjalan saat fajar di depan Gedung Parlemen Inggris Winston Churchill, Westminster, London, Jumat (24/6/2016). (JIBI/Solopos/Reuters/Stefan Wermuth)

Referendum Inggris Raya yang berujung keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) berefek ke Indonesia.

Solopos.com, JAKARTA — Hasil referendum Inggris Raya hengkang dari Uni Eropa (Brexit) berdampak terhadap kurs rupiah, pasar keuangan, dan pasar modal Indonesia, namun skalanya sedang dan bersifat sementara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan hasil jajak pendapat berupa Inggris hengkang merupakan keputusan yang mengejutkan, karena hasil poling sebelumnya menunjukkan lebih banyak yang ingin bertahan bersama Uni Eropa. Hasil yang tidak terduga ini berdampak pada gejolak perekonomian global yang lebih besar.

Brexit berpengaruh terhadap pasar keuangan, pasar modal, dan nilai tukar mata uang di berbagai negara termasuk Indonesia. Namun, dia menilai dampak langsung ke Indonesia terbilang sedang, tidak terlalu tinggi namun juga tidak terlalu rendah.

Dampak sedang ini karena perekonomian Indonesia cukup stabil. Dia mengingatkan fakta bahwa Bank Dunia mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di level 5,1%. “Kita di tengah-tengah lah. Ini menunjukkan bahwa ekonomi kita relatif resilient,” katanya dalam konferensi pers di Kemenko Perekonomian, Jakarta, Jumat (24/6/2016).

Kendati begitu, dia menegaskan pemerintah bersama Bank Indonesia akan tetap waspada dan memonitor dengan cermat perkembangan dalam beberapa hari ke depan. Pemerintah akan menjaga komunikasi dan memonitor kondisi terkini. Bersama BI, pemerintah terus berkomunikasi untuk memonitor dan membicarakan hal-hal yang perlu dikerjakan. “Kami sangat percaya situasi ini tidak mengkhawatirkan,” tegasnya.

Menurut dia, Indonesia memiliki hubungan yang baik dengan negara-negara Uni Eropa termasuk Inggris. Berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai perdagangan Indonesia-Inggris terus mengalami penurunan dari US$3,06 miliar pada 2012 menjadi US$2,34 miliar. Pada 2015, nilai perdagangan migas senilai US$779 juta dan nonmigas US$2,34 miliar.

Neraca perdagangan Indonesia selalu surplus terhadap Inggris. Bahkan nilai surplus cenderung naik dari US$330,42 juta pada 2012 menjadi US$708,20 juta pada 2015. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi dari Inggris sepanjang kuartal I/2016 menduduki urutan ke-14 dari seluruh negara yang menanamkan modal asing di Indonesia atau sekitar US$54,87 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya