SOLOPOS.COM - Pengunjung memilih kaset pita yang dijual saat acara Surakarta Record Store Day di Lokananta, Solo, Minggu (20/4/2014). Dalam acara tersebut pengunjung dapat membeli beragam piringan hitam, kaset pita, CD, serta asesoris musik lainnya dari berbagai tahun perekaman. (Septian Ade Mahendra/JIBI/Solopos)

Solopos.com, Jakarta — Era digitalisasi membawa banyak perubahan yang signifikan terhadap pengaruh kebiasaan manusia. Tak terkecuali dalam industri musik yang membuat setiap orang dapat dengan mudah mengunduh hasil karya para musisi baik secara legal maupun ilegal.

Hal ini yang menjadikan banyaknya toko musik gulung tikar, bahkan tidak sedikit perusahaan rekaman merugi. Namun, di balik itu masih ada segelintir orang atau bahkan komunitas yang tetap menjaga eksistensi rilisan fisik agar tetap dicintai dan diminati. Bahkan tidak sedikit dari mereka membangun toko yang bersifat independen untuk khusus menjual rilisan fisik, baik itu CD, piringan hitam, bahkan kaset sekalipun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Atas dasar pemikiran itulah acara Record Store Day diselenggarakan, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Para pemilik toko musik independen itu berkumpul menjadi satu untuk merayakan hasil karya musik secara fisik, bukan digital.

Setiap Sabtu pada pekan ketiga bulan April mereka bersama para pegiat, pencinta dan para kolektor rilisan fisik berkumpul tidak hanya untuk berbincang tetapi juga melakukan transaksi jual-beli yang angkanya mungkin dapat melebihi penjualan secara reguler. Bukan hanya itu, banyak juga para musisi ataupun band yang secara khusus merilis entah itu single, EP, ataupun full album bertepatan dengan Record Store Day.

Ekspedisi Mudik 2024

Di Indonesia, gerakan itu secara fenomenal diselenggarakan di Lokananta, lokasi bersejarah rilisan fisik bisnis musik Indonesia. Kegiatan serupa diselenggarakan pula di ibu kota negara, Jakarta. Sejumlah artis independen, seperti Bangkutaman, Sore, Komunal, Gibs, Suri, OFF! Chvrches, Chiodos, The Cure/Dinosaur Jr, Death Cab For Cutire dan lain sebagainya, turut memeriahkan acara.

Record Store Day 2014 di Jakarta, acara diadakan selama dua hari, Sabtu (19/4/2014) di Duty Free, Kemang, dan Minggu (20/4/2014) di Hey Folks, Kebayoran Baru. Bukan hanya para pelaku usaha toko musik independen yang menghiasi tempat acara, para artis independent juga turut memeriahkan acara.

Mereka yang tampil adalah Suri, Innocenti, Karon N’ Roll, Barefood, Sore, Bangkutaman dan Monday Math Class. Animo para penggemar rilisan fisik sangat tinggi, sekitar 700 atau mungkin lebih mereka bergantian memasuki arena acara tersebut.

Para pelaku usaha toko musik pun meraup keuntungan yang tidak sedikit. “Senang ada acara Record Store Day ini, keuntungan memang bisa dua kali lipat,” ujar Ari dari Kucluk Store di tempat acara, Sabtu (19/4/2014) malam.

Namun, selain mencari keuntungan, Ari yang tiap harinya berjualan di Blok M Square mengatakan kesenangan lainnya yang didapatkan mereka bisa berkumpul dengan para pemilik toko musik independent lainnya dengan para penggemar, baik mereka yang sudah lama menjadi kolektor ataupun muka-muka baru.

“Yang menyenangkannya itu semua bisa kumpul dan yang datang juga variatif nggak cuma muka lama, tetapi sekarang banyak penggemar rilisan fisik yang baru memulai untuk menjadi kolektor, ini bagus untuk ke depannya, karena biar gimanapun rilisan fisik lebih memiliki makna,” ujar Ari.

Wahyu Nugroho, vokalis band asal Jogja, Bangkutaman mengaku terkejut dengan animo para pencinta rilisan fisik saat acara Record Store Day berlangsung kali ini. Menurutnya, jumlah penggila rilisan fisik tiap tahunnya bertambah dan ini menjadi suatu hal yang positif dan bisa saja dapat mengembalikan era jaya rilisan fisik mulai dari piringan hitam, kaset hingga CD.

“Jumlahnya makin banyak, tidak hanya dari genre tertentu saja tetapi di semua genre musik banyak penggemarnya. Ini sangat positif, karena kita tahu era digitalisasi sempat membuat posisi rilisan fisik hampir hilang, namun dengan adanya acara ini kita diingatkan kembali bagaimana rilisan fisik itu menjadi suatu yang memiliki makna tinggi, baik bagi para musisi itu sendiri maupun mereka yang menikmati hasil karyanya,” ujar pria yang biasa disapa Acum ini.

Walau bagaimanapun, euforia Record Store Day diharapkan tidak hanya secara annual dirasakan, namun setiap harinya dapat membawa dampak terhadap sikap dan perilaku masyarakat dalam menghargai hasil karya para musisi. Dan untuk mereka para pemilik toko musik dapat survive dengan menjaga rilisan fisik tetap ada.

Happy Record Store Day!

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya