SOLOPOS.COM - Ilustrasi elpiji 3 kg alias gas melon. (JIBI/Bisnis/Dok.)

Razia Sragen dilakukan oleh pimpinan DPRD yang ingin mengetahui perilaku pangkalan elpiji.

Solopo.com, SRAGEN—Wakil Ketua DPRD Sragen Bambang Widjo Purwanto menginspeksi secara mendadak sejumlah pangkalan elpiji 3 kg di wilayah Kecamatan Gondang, Sambungmacan, Sambirejo, dan wilayah Kota Sragen, Jumat (1/7). Politikus Partai Golkar Sragen itu ingin menyelidiki perbedaan perilaku pangkalan antara di desa dan di kota terkait dengan distribusi elpiji melon itu.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Bambang belum puas dengan jawaban yang diberikan para agen dan pejabat Dinas Perdagangan (Disdag) Sragen terkait upaya antisipasi kelangkaan elpiji 3 kg saat Lebaran dalam rapat kerja di Gedung DPRD Sragen, Kamis (30/6/2016). Dia ingin membuktikan sendiri kondisi di pangkalan untuk memastikan tidak adanya gejolak kelangkaan elpiji saat Lebaran.

Ekspedisi Mudik 2024

“Ya, saya muter-muter sendiri ke pangkalan elpiji. Setiap ada pangkalan yang saya lewati, pasti saya turun dan tanya langsung bagaimana distribusi elpiji di wilayah itu. Saya ingin mencari akar permasalahan kenapa alokasi elpiji di desa menipis sedangkan stok di kota justru berlebih.
Setelah saya sediliki dan saya bandingkan ternyata persoalannya terletak pada perbedaan konsumen antara di desa dan kota,” ujar Bambang saat berbincang dengan wartawan di depan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Sragen, Jumat siang.

Bambang menjelaskan konsumen elpiji 3 kg di desa-desa didominasi oleh rumah tangga sedangkan konsumen elpiji melon di kota lebih banyak untuk pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Dia menemukan fakta selama Ramadan pelaku UMKM banyak yang tidak berproduksi sehingga mereka tidak banyak mengonsumsi elpiji 3 kg.

Akibatnya, lanjut dia, stok elpiji di pangkalan daerah perkotaan berlebih menjelang Lebaran. Dia belum menemukan gejolak yang mengarah pada kelangkaan elpiji dan harga elpiji yang melejit. Dia berharap gejolak kelangkaan dan harga tidak terjadi di Sragen.

Legislator dari Komisi II DPRD Sragen, Subandono, justru menemukan perbedaan perilaku konsumen elpiji di daerah perbatasan antara Sragen, Karanganyar, dan Boyolali. Dia menyampaikan ketika konsumen kesulitan mencari barang di Sragen pasti larinya ke wilayah Karanganyar atau Boyolali. Padahal kebijakan harga antarkabupaten, kata dia, berbeda. “Kondisi tersebut sering dijumpai saat musim kemarau,” tutur dia.

Kasi Pembinaan Distrubusi Dinas Perdagangan (Disdag) Sragen, Joko Suranto, Disdag sudah berusaha maksimal untuk menyosialisasikan harga eceran tertinggi (HET) di tingkat pangkalan agar tidak dilanggar. Selain itu, sasaran pengguna elpiji itu pun, kata dia, juga disampaikan ke publik lewat stiker yang ditempel di setiap pangkalan.

Untuk pemerataan distribusi elpiji ke desa-desa, Joko bersama agen juga sudah merelokasi pangkalan di wilayah yang jauh atau membuka pangkalan baru di wilayah pedesaan.

“Upaya itu yang selama ini dilakukan Disdag. Selain itu, kami juga mengajukan kuota elpiji lebih besar dari kuota yang diterima Sragen sekarang,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya