SOLOPOS.COM - Ilustrasi razia (JIBI/Solopos/Dok)

Razia Solo digelar polisi lewat iperasi pemberantasan penyakit masyarakat.

Solopos.com, SOLO — Polsek Laweyan menggelar operasi penyakit masyarakat (pekat), Jumat  (19/6/2015) malam. Dalam operasi itu, polisi berhasil menjaring tiga pasangan kekasih di sejumlah indekos di Kelurahan Bumi, Laweyan, Solo.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ketiga pasangan tersebut terpergok sedang asyik memadu kasih berduaan di  kamar. Mereka adalah RA, 33, warga Gilingan, Banjarsari, Solo dengan SL,  32, warga, Mojosongo, Jebres, Solo; HA, 23, warga Simo, Boyolali dengan AP, 19, warga Kartosura, Sukoharjo; AA, 49, warga Jebres, Solo dengan RS, 20, warga Bojonegoro, Jawa Timur.

Kapolsek Laweyan,  Kompol Agung Nugroho, mengatakan ketiga pasangan tersebut terbukti tidak sah karena tidak memiliki dokumen resmi pernikahan.  Keberadaan mereka dinilai meresahkan masyarakat karena menganggu ketertiban saat Ramadan. “Operasi pekat ini kami gelar untuk memberikan suasana tenang kepada umat muslim saat Ramadan,” kata Kapolsek kepada Solopos.com, Minggu (21/6/2015).

Saat ditangkap, lanjut Kapolsek, ketiganya tidak ada yang melakukan perlawanan. Saat itu juga mereka langsung digelandang ke Mapolsek
Laweyan.

Antisipasi Pencurian

Di Mapolsek mereka diberi pembinaan dan diminta menandatangani surat pernyataan tidak akan mengulangi lagi. “Sekarang
mereka sudah kami pulangkan,” ujarnya.

Kapolsek mengatakan, pihaknya tidak menjerat ketiga pasangan tersebut dengan pasal tindak pidana ringan (tipiring). Hal itu karena mereka tidak terbukti melakukan perselingkuhan. “Mereka bukan pasangan selingkuh sehingga kami hanya lakukan pembinaan,” jelas dia.

Kapolsek menambahkan razia serupa akan terus digalakkan selama Ramadan. Hal itu untuk memberikan suasana tenang bagi masyarakat khususnya umat muslim ketika menjalankan ibadah puasa.

Selain itu, razia dilakukan untuk mencegah tindak pidana pencurian. “Biasanya saat Ramadan dan menjelang lebaran marak kasus pencurian,” kata dia.

Sementara itu, Lurah Bumi, Erwin Nugroho, mengakui wilayahnya memang cukup banyak indekos, sehingga rawan di salahgunakan untuk tempat mesum. “Di sini [Kelurahan Bumi] kan banyak pendatang yang rata-rata karyawan swasta. Karena tempatnya memang cukup dekat dengan perkantoran,” jelas dia ketika dihubungi Solopos.com, Minggu.

Dia mengaku sudah berkali-kali melakukan pendataan warga di sejumlah indekos. Namun, tidak semua pemilik indekos kooperatif. “Untuk mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan kami sudah lakukan pendataan warga pendatang di tiap indekos di masing-masing RT. Tapi ya kadang ada pemilik indekos mau menyerahkan data ada juga yang tidak. Pemilik indekosnya juga ada yang bukan orang Kelurahan Bumi, jadi susah ditemui,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya