SOLOPOS.COM - Seorang remaja memperbaiki sepeda motornya sebelum dibawa pulang di Mapolres Ponorogo, Rabu (21/9/2016). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Razia lalu lintas, sejumlah remaja pelaku baap liar di Ponorogo ditinggal orangtua bekerja di luar negeri.

Madiunpos.com, PONOROGO — Sejumlah remaja yang menjadi pelaku balap liar di Ponorogo merupakan anak yang kurang mendapat perhatian dari orang tuanya. Beberapa di antaranya karena orang tua remaja pelaku balap liar adalah tenaga kerja Indonesia (TKI) di sejumlah negara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kanit Dikyasa Polres Ponorogo, Ipda Yudi Kristiawan, mengatakan dari 37 sepeda motor yang disita dalam razia balap liar, ada beberapa di antara remaja yang melakukan balap liar yang ibu/ayahnya bekerja di luar negeri.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saya tidak mendiskreditkan orang tua yang bekerja di luar negeri, tetapi itu merupakan salah satu fenomena yang terjadi,” kata dia kepada wartawan di Mapolres Ponorogo, Rabu (21/9/2016).

Yudi menuturkan salah satu sumber masalah dari permasalahan balap liar yaitu minimnya perhatian orang tua terhadap anak. Selain itu, ketidak tegasan orang tua terhadap anak juga menjadi salah satu penyebab anak bisa seenaknya melakukan balap liar dan memodifikasi kendaraan tanpa melihat keselamatan. [37 Sepeda Motor Modifikasi Sitaan Boleh Diambil

Menurut dia, beberapa keterangan remaja yang menjadi pelaku balap liar ditinggal orang tua bekerja di luar negeri. Kondisi tersebut membuat anak kurang mendapat perhatian dan akhirnya melakukan kegiatan balap liar.
“Ada beberapa orang tua yang tidak berani menegur anaknya saat melakukan kegiatan yang melanggar aturan lalu lintas, tentu ini sangat disayangkan,” jelas dia.

Lebih lanjut, Yudi mengatakan untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas di kalangan remaja bisa dimulai dari pendidikan keluarga dan pengawasan orangtua.

Dia mengklaim setelah dilakukan beberapa kali razia balap liar di sekitar Jl. Juanda dan jalan baru yang menjadi lokasi balap liar, saat ini balap liar sudah semakin jarang ada. Namun, pengawasan akan terus dilakukan untuk menjaga ketertiban lalu lintas di jalan raya.

Salah satu remaja yang sepeda motornya disita, Prio Budi Santoso, mengatakan terpaksa mengubah tampilan sepeda motornya menjadi standar karena menjadi salah satu syarat untuk emmbawa sepeda motor tersebut. Sepeda motor Yamaha Vixion miliknya memang sengaja dimodifikasi seperti ban diganti dengan ban kecil, knalpot brong, dan lainnya.

Siswa kelas XII SMKN Badekan ini mengaku mulai memodifikasi sepeda motornya sejak beberapa tahun lalu. Dia mengatakan saat ini hanya tinggal dengan ayahnya, sedangkan ibunya pergi bekerja menjadi TKW di Taiwan.
“Saya sudah berkali-kali mengingatkan anak saya untuk tidak memodifikasi sepeda motornya. Namun, saat dikasih tahu justru anaknya mengancam tidak mau sekolah, ya terpaksa saya biarkan saja. Istri saya saat ini bekerja di Taiwan,” kata ayah Prio Budi Santoso.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya