SOLOPOS.COM - Petugas Satpol PP Tulungagung merazia seorang perempuan yang kedapatan mengemis di tepian jalan Kota Tulungagung, Selasa (20/10/2015). JIBI/Solopos/(Antara-Istimewa)

Razia pengemis oleh Satpol PP Tulungagung menjaring belasan orang yang bisa berpenghasilan hingga Rp300.000/hari dari mengemis.

Madiunpos.com, TULUNGAGUNG — Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Selasa (20/10/2015), menggelar razia gelandangan, pengemis dan orang telantar (PGOT) yang berkeliaran di seputar kota setempat. Razia pengemis itu digelar demi menjaga ketertiban sosial dan mencegah tindakan premanisme.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Razia pengemis yang digelar mulai tengah hari hingga pukul 14.00 WIB itu menyasar sejumlah perempatan, beberapa fasilitas umum seperti pasar dan alun-alun. Terjaring dalam razia PGOT tersebut belasan gelandangan-pengemis (gepeng) dari berbagai kelompok usia.

“Gelandangan-pengemis luar daerah kami kembalikan ke asalnya, sedangkan yang warga Tulungagung diserahkan kepada dinas sosial untuk dilakukan pembinaan,” kata Kepala Seksi Ketertiban Umum Satpol PP Kabupaten Tulungagung Wakhid Masrur.

Kegiatan penertiban gelandangan-pengemis itu merupakan kegiataan rutin yang dilakukan selama tiga hari sekali. Menurut Wakhid Masrur, razia pengemis itu bertujuan untuk menjaga ketertiban dan kebersihan kota.

Terus Bertambah
Jumlah gelandangan-pengemis atau gepeng, menurut Wakhid Masrur, dari waktu ke waktu terus bertambah di Tulungagung. Sekalipun rutin dilakukan penertiban atau razia, para gelandangan-pengemis atau gepeng biasanya kembali muncul.

Keberadaan mereka acap kali menimbulkan ketidaknyamanan bagi kalangan masyarakat, karena berkeliaran di tempat-tempat umum atau bahkan tinggal atau tidur sembarangan di sekitar fasilitas publik. “Nantinya para gepeng ini akan dilakukan pendataan serta diserahkan ke pihak dinsosnakertrans guna dilakukan pembinaan dan akan dipulangkan ke daerah asalnya,” terang Wakhid.

Bisa Rp600.000 Sehari
Di Tulungagung, para pengemis biasanya menggunakan beberapa modus spesifik untuk mengundang empati masyarakat. Sebagian pengemis melakukan aksi minta-minta dengan menonjolkan kelemahan fisiknya yang cacat atau anggota keluarganya yang tua dan sakit-sakitan, mengamen di pinggir jalan, atau mengemis dari rumah ke rumah.

Dari tiga pola itu, teknik mengemis yang pertama dan ketiga paling banyak diadopsi para gepeng sehingga mereka bisa meraup pemasukan cukup besar, hingga kisaran Rp300.000/hari. “Ya kalau [hari] biasa bisa antara Rp200.000 hingga Rp300.000-an. Kalau pas Lebaran kayak kemarin, sehari bisa sampai Rp600.000,” aku Siti, pengemis tua asal Kedungwaru, Tulungagung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya