SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/Solopos/Dok)

Razia pelajar Klaten ini terkait angka membolos pelajar di Jatinom.

Solopos.com, KLATEN –Selama tahun 2015, pelajar yang membolos di kawasan Jatinom, Klaten, rata-rata mencapai 10 siswa per bulan. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan tahun 2014 yang berkisar 20 siswa per bulan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Hal itu diungkapkan Sekretaris Forum Penanggulangan Kenakalan Pelajar (FPKP), Nanang Nuryanto, Kamis (22/10/2015). FPKP yang berdiri sejak enam tahun terakhir memang berkomitmen untuk terus menekan angka pelajar yang membolos di kawasan Jatimon dan sekitarnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Salah satu cara untuk mewujudkan impian tersebut, yakni menggelar razia di berbagai lokasi yang sering dijadikan tempat membolos para siswa dan menjalin koordinasi dengan masing-masing sekolah di Jatinom.

“Praktik membolos yang dilakukan para pelajar ini dinilai sangat meresahkan kalangan orang tua. Banyak orang tua yang kami temui mengeluhkan hal ini. Kami tak bisa tinggal diam setelah melihat hal ini. Makanya, kami selalu melakukan razia para pelajar yang membolos di beberapa lokasi di Jatinom [paling cepat dua pekan sekali menggelar razia]. Selama razia, kami selalu menggandeng aparat keamanan. Jadi, kami tak berdiri sendiri,” katanya.

Nanang menyebutkan beberapa lokasi yang biasa dijadikan tempat menongkrong bagi para pelajar yang membolos sekolah, seperti di sejumlah warung internet (warnet), pemandian umum atau umbul, lembah sungai, lapangan Bonyokan, dan beberapa tempat umum lainnya di Jatinom.

Sering kali, mereka yang terjaring razia langsung diberi pembinaan dan disuruh membuat surat pernyataan untuk tidak mengulanginya lagi di waktu mendatang.

“Kalau dlihat dari waktunya, pukul 09.00 WIB-12.00 WIB itu menjadi jam-jam yang asyik untuk membolos. Saat ini, kami sudah jarang menemukan pelajar yang membolos dengan minum-minuman keras. Semoga, dengan cara seperti ini pelajar yang membolos di Jatinom terus menurun. Saat ini penurunannya sudah mencapai 50 persen,” katanya.

Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah sekolah tingkat pertama dan tingkat menengah di Jatinom mencapai sembilan sekolah. Saat menggelar razia, 30-an anggota FPKP di dampingi aparat kepolisian, TNI, dan tokoh masyarakat.

“Biasanya faktor yang memengaruhi munculnya kenakalan remaja itu karena anak atau pelajar itu jauh dari orang tua. Ada juga yang disebabkan karena sekolah kurang ketat dalam mengawasi peserta didiknya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya