SOLOPOS.COM - Sejumlah anak punk terjaring operasi cipta kondisi dan diminta menulis data diri oleh tim Polres Boyolali, Selasa (26/5/2015). (Hijriah AW/JIBI/Solopos)

Razia Boyolali digelar lewat operasi cipta kondisi. Enam anak punk diciduk Polres Boyolali.

Solopos.com, BOYOLALI — Polres Boyolali menggelar operasi cipta kondisi, Selasa (26/5/2015). Sebanyak enam anak punk yang biasa mangkal di Jl Raya Ampel diciduk. Salah satunya Muhammad Aroffin.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Muhammad Aroffin merupakan jebolan pondok pesantren. Dia memilih menjadi anak punk. “Ya, saya pernah sekolah di pondok pesantren tapi tidak lulus,” ujarnya kepada wartawan di Mapolres Boyolali, Selasa. (Baca Juga: Punk Tato Doraemon)

Aroffin mengaku nyaman menjadi anak punk karena bebas tanpa ada kekangan. “Cita-cita saya adalah bisa hidup mandiri. Dengan hidup di jalan, saya belajar hidup mandiri, cari uang sendiri untuk makan sendiri.”

Sementara Pristyanto Nugroho alias Gembel, 20, mengaku sudah lama menggelandang di jalanan. “Saya ingin menemukan jati diri saya di jalanan,” kata Gembel, yang tak lulus SMP itu.

Sejak kelas II SMP, warga Mekarsari, Kecamatan Ampel itu pilih hidup di jalanan dan tak mau melanjutkan sekolah. Remaja berambut gondrong memilih menindik bagian tubuhnya seperti di telinga, dan menato hampir di separuh badannya termasuk tato bergambar Doraemon di lengannya.

Sudah lama ia tak pernah pulang ke rumah. Bahkan dia mengaku lupa dan tidak tahu apa pekerjaan orang tuanya sekarang.

Dia sudah asyik dengan kebebasan hidup di jalanan. Prinsip kenikmatan hidup bebas terus dia tularkan kepada rekan-rekan sebayanya. Teman sesama punk bisa dia kenal melalui jejaring sosial Facebook termasuk bertemu di perempatan-perempatan jalan.

“Sama-sama kenal, harus sama-sama tahu. Sini enak situ enak, pasti akan berteman dan hidup bersama. Cari uang bersama dengan cara mengamen.”

Gembel sebenarnya sudah beberapa kali terjaring operasi Cipta Kondisi yang diadakan kepolisian. Tetapi dia tak juga kapok. Dari keterangannya ke kepolisian, dia pernah tertangkap aparat karena menjadi penadahhandphone curian.

Kapolres Boyolali, AKBP Budi Sartono, melalui Kabag Ops, Kompol Haryanto, menjelaskan Mereka yang belum pernah tersangkut kasus pidana akan diserahkan ke Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) untuk dibina.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya