SOLOPOS.COM - Sejumlah anak punk terjaring operasi cipta kondisi dan diminta menulis data diri oleh tim Polres Boyolali, Selasa (26/5/2015). (Hijriah AW/JIBI/Solopos)

Razia Boyolali digelar Polres Boyolali dengan merazia anak punk.

Solopos.com, BOYOLALI—Sedikitnya dua puluh anak punk terkena operasi premanisme yang digelar jajaran Polres Boyolali, Jumat (23/9/2016).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Mereka diciduk dan digelandang ke Mapolres Boyolali untuk mendapatkan pembinaan. Operasi dilaksanakan di lokasi-lokasi rawan premanisme seperti pertigaan Bangak, pertigaan Ngangkruk Banyudono, serta di lingkungan pasar dan terminal. Pasukan Dalmas menyisir lokasi-lokasi tersebut.

Anak-anak punk ini terpaksa ditertibkan karena mereka sering meresahkan masyarakat. Misalnya, melakukan kekerasan kepada pengguna jalan yang menolak memberikan uang, merusak fasilitas umum, serta sering memaksa meminta uang kepada masyarakat. Sayangnya, saat diciduk aparat kemarin, anak-anak punk itu seperti tidak menyadari kesalahan perbuatannya. Saat dibina, mereka justru cengengesan.

Tak ada perlawanan dari anak punk saat terjaring razia tersebut. Mereka terlibat biasa saja tanpa rasa takut. Satu sama lain malah bercanda saat turun dari truk Dalmas lalu dibariskan di halaman Polres Boyolali.

Bahkan, seusai mendapat pembinaan dari Kasat Binmas AKP Tri Hartini, ada salah satu anak punk yang bercanda dan mengaku adik kelas salah satu anggota Polwan Polres Boyolali. Dia juga malah meminta uang saku kepada salah satu petugas polisi.

Kabag Operasional (Kabagops) Polres Boyolali, Kompol Sri Haryanto, mengatakan operasi premanisme bertujuan mencegah gangguan keamanan dan kenyamanan yang sering dialami pengguna jalan dan pengunjung pasar di wilayah Boyolali. Operasi premanisme melibatkan anggota dari Satuan Sabhara, Binmas, dan Reskrim.

“Ya, mereka pekerjaannya minta-minta uang di jalan, tapi kasar, dan sedikit memaksa. Terkadang mereka juga melakukan kekerasan dan mengeluarkan kata-kata kasar kepada masyarakat jika tidak dikasih uang,” ujar Sri Haryanto, saat berbincang dengan Solopos.com.

Dia meminta masyarakat yang merasa tidak nyaman dengan aktivitas anak punk bisa melapor kepada petugas agar ada penertiban. Sebanyak 20 anak punk yang terjaring operasi itu akan didata dan diserahkan kepada Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Boyolali untuk pembinaan lebih lanjut.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya