SOLOPOS.COM - Petugas dari Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan saat memeriksa kualitas daging yang dijual di Pasar Angkruksri, Kecamatan Kretek, Kamis (15/6/2017). (Arief Junianto/JIBI/Harian Jogja)

Razia Bantul menyasar pasar tradisional

Harianjogja.com, BANTUL — Waspadai daging gelonggongan, sejumlah pasar tradisional dan tempat transaksi lainnya menjadi sasaran razia Pemkab Bantul. Diinisiatori oleh Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan dan Perikanan Bantul serta didukung oleh Satpol PP Bantul, razia itu dilakukan di sejumlah titik sejak pekan ini hingga jelang Lebaran mendatang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi mengatakan, razia itu dilatarbelakangi banyaknya rumor terkait daging gelonggongan yang beredar di masyarakat setahun terakhir. Persebaran daging gelonggongan itu diduga semakin masif memasuki pasar-pasar tradisional di Bantul. Terlebih menghadapi Lebaran, tak ingin kecolongan, pihaknya terus melakukan pemantauan untuk mencari pedagang-pedagang nakal yang nekat menjual daging tak layak konsumsi tersebut.

Untuk itu, pihaknya memang berharap kepada pihak pemerintah DIY untuk meningkatkan pengawasan terhadap lalu lintas ternak yang ada di lima titik perbatasan antar kabupaten se-DIY. Pasalnya, selain merupakan kewenangan Pemerintah DIY, pos-pos lalu lintas ternak itu memiliki peran penting sebagai filter masuknya daging-daging sapi bermasalah di Bantul.

Tak hanya itu, pihaknya kini juga tengah memaksimalkan peran dua Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang satu di antaranya merupakan RPH sapi. Ia mengklaim, RPH di Segoroyoso kini sudah mulai bergeliat. Dari yang dulu hanya sekitar tiga ekor sapi saja yang dipotong, kini dalam sehari bisa memotong hingga 20 ekor sapi.

“Sedangkan kebutuhan untuk Bantul, sekitar 25 ekor sapi per hari,” katanya.

Selain daging, terangnya, pemantauan juga dilakukan untuk komoditas sayur dan buah-buahan segar. Kendati terlihat segar, pihaknya menduga, dua komoditas tersebut juga rawan memiliki potensi bahaya untuk dikonsumsi. Penyebabnya adalah tingginya kandungan pestisida.

“Untuk dua komoditas ini, kami lakukan uji laboratorium. Sementara untuk daging, sampai sejauh ini kami belum menemukan fakta adanya daging bermasalah,” kata Pulung saat ditemui di ruangan kerjanya, Kamis (15/6/2017).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya