SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus berupaya menyelamatkan Danau Rawa Pening dari pendangkalan. Berdasarkan data Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juwana (BBWS), sebelum 1990 Rawa Pening memiliki kedalaman 15 m. Namun demikian, kedalamnya pada 2018 lalu hanya 3 m.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengakui kondisi Rawa Pening cukup parah. Danau alam terluas di Pulau Jawa yang memiliki luas 2.667 ha di wilayah Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru Kabupaten Semarang itu seharusnya memiliki potensi pariwisata perikanan, dan kebutuhan air baku. Nyatanya, berbagai masalah terus bermunculan seperti pertumbuhan eceng gondok yang tidak terkendali dan sedimentasi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Limbah dari peternakan dan penggunaan pestisida secara berlebihan membuat pertumbuhan eceng gondok sangat subur seperti diberi pupuk secara alami,” kata Ganjar Pranowo, Rabu (20/2/2019).

Sementara itu, Kepala BBWS Pemali Juwana Ruhban Ruzziayatno mengatakan secara fisik Rawa Pening memiliki potensi agrowisata eksotis yang menarik perhatian banyak pihak. Selain itu, juga menjadi lahan pencaharian petani dan nelayan bagi warga sekitar.

Dampak kerugiannya dinilai tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh masyarakat sekitar maupun pemerintah. Bahkan, jika tidak dilakukan penanganan serius, Rawa Pening terancam punah.

Bahkan, saat ini, Rawa Pening masuk dalam daftar 15 danau kritis di Indonesia. Rawa Pening ditumbuhi eceng gondok hampir 75% dari luas. Setiap tahunnya, terjadi pendangkalan setinggi 42 cm Karena faktor sampah yang berasal dari pabrik, rumah tangga, dan 14 anak sungai.

Selain itu, terdapat masalah penggunaan lahan pertanian pasang surut waduk. Berdasarkan data dari Dinas Pengelola Sumber Daya Air Mineral (PSDA) Jawa Tengah, tercatat seluas 812 ha sawah yang terletak di patok hitam dari peil +461,90 m sampai +462,90 m. Setahun dua kali masa panen.

Selanjutnya, sawah yang terletak antara patok merah dan patok hitam, yaitu pada elevasi +461,65 m sampai +461,90 m dengan luas 200 ha. Setahun satu kali masa panen.

Penurunan kapasitas tampungan air akibat proses sedimentasi mengakibatkan dampak penurunan fungsi dan daya guna waduk. “Dulu 1990, Rawa Pening seperti mangkok. Sekarang ini menyusut seperti piring. Hal itu mengakibatkan, kehilangan air sebanyak 15 juta m3 air setiap tiga bulan. Ini bisa tiga kali lipat dari Waduk Jatibarang,” katanya.

Selama ini, lanjut Ruhban, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui BBWS baru sebatas melakukan penanganan masalah pertumbuhan eceng gondok. Selain itu pemberdayaan masyarakat memanfaatkan eceng gondok.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya