SOLOPOS.COM - Suasana senja dengan langit berwarna oranye di Rawa Jombor, Krakitan, Bayat, Klaten yang telah bersih dari warung apung, Selasa (14/12/2021). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com Stories

Solopos.com, KLATEN — Lokasi Klaten dinilai sangat strategis karena berada di tengah-tengah dua kota besar, yakni Kota Solo dan Kota Jogja. Di Klaten terdapat tempat wisata yang telah melegenda, yakni Rawa Jombor.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di awal dibangun, Rawa Jombor yang berlokasi di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat memiliki fungsi utama mendukung saluran irigasi pertanian di sekitarnya. Seiring berkembangnya waktu, pemanfaatan Rawa Jombor telah meluas.

Saat sekarang, Rawa Jombor tak hanya difungsikan mendukung saluran irigasi. Lebih dari itu, Rawa Jombor dinilai juga menyimpan potensi wisata, potensi kuliner, dan potensi perikanan.

Rawa Jombor terletak kurang lebih delapan kilometer ke arah tenggara dari pusat Kota Klaten. Bentuk Rawa Jombor dinilai sangat unik. Bentuknya berupa segi banyak tak beraturan.

Dikutip dari wikipedia, Rawa Jombor memiliki ukuran panjang 7,5 kilometer dengan kedalaman 4,5 meter. Rawa Jombor mampu menampung air sebanyak 4 juta meter kubik.

Baca Juga: Rawa Jombor Klaten Bermula dari Perkampungan yang Sering Tergenang Air

Terdapat dua rute menuju Rawa Jombor dari Kota Klaten. Pertama, jalur barat. Urut-urutannya, Kota Klaten-pertigaan Bendogantungan, Desa Sumberejo-belok kiri/ke arah selatan-Desa Danguran-Desa Glodogan-Desa Jimbung-Rawa Jombor.

Kedua, jalur timur. Urutannya dari Kota Klaten-Stasiun Klaten-By Pass-belok kanan/ke arah selatan-Terminal Ir. Soekarno Klaten-Kelurahan Buntalan-Desa Jimbung-Rawa Jombor.

Salah satu ikon utama di Rawa Jombor, yakni warung apung. Di tengah fungsinya mendukung saluran irigasi, Rawa Jombor pernah dimaksimalkan warga sebagai warung apung. Warung apung ini sudah tinggal kenangan seiring berlangsungnya rangkaian revitalisasi Rawa Jombor sejak, pertengahan Juni 2021.

Dilihat dari sejarahnya, warung apung di Rawa Jombor mulai bermunculan sekitar 1998. Saat itu, ada salah satu warga yang berinovasi membikin usaha pemancingan di tengah rawa dilengkapi dengan kuliner.

rawa jombor
Nelayan menjaring ikan di kawasan Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Rabu (8/12/2021). Kawasan Rawa Jombor kini semakin bersih dari berbagai bangunan yang semula memenuhi waduk tersebut. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Usaha itu berkembang dengan berdatangannya pengunjung dari berbagai daerah. Melihat usaha tersebut berkembang di Rawa Jombor, warga lainnya mulai menggeluti usaha yang sama.

Baca Juga: Hii! Ini Jenis Ular yang Masih Sering Ditemukan di Rawa Jombor

Puncaknya terjadi pada 1999-2000. Saat itu, ada sekitar 22 pelaku usaha warung apung di kawasan rawa tersebut.

“Keberadaan warung mendongkrak perekonomian warga,” kata Sutomo yang menjalankan usaha warung apung di Rawa Jombor sejak 2006, saat ditemui Solopos.com di warung apung miliknya, Kamis (10/9/2020).

Diapresiasi Pemkab

Sutomo mengaku keberadaan warung apung di rawa itu pernah diapresiasi Pemkab. Para pelaku usaha sempat diajari seperti cara penyajian menu.

“Namun, lama kelamaan sudah dilepas,” kata Sutomo.

Sejak warung apung menjamur lebih dari 20 tahun lalu, warga dari berbagai daerah berdatangan untuk menikmati sensasi wisata kuliner di tengah Rawa Jombor.

Baca Juga: Begini Keseruan Ngabuburit di Taman Nyi Ageng Rakit Rawa Jombor Klaten

Hidangan yang menjadi kuliner khas warung apung, yakni olahan ikan air tawar seperti lele, nila, bawal, serta patin dengan cara digoreng atau dibakar.

Menu-menu itu disajikan dalam paket lengkap dengan nasi, lalap/trancam, serta es teh atau teh panas. Saat itu, pengunjung bisa menikmati lezatnya olahan ikan tawar di atas Rawa Jombor.

Memasuki akhir Januari 2022, warung apung sudah dipindah ke kios kuliner Plaza Nyi Ageng Rakit Rawa Jombor. Tempat tersebut menjadi lokasi pemindahan bagi para pengusaha warung apung menyusul bergulirnya revitalisasi Rawa Jombor.

rawa jombor
Nelayan beraktivitas di Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Selasa (14/12/2021) sore. Kawasan waduk itu semakin bersih dari bangunan yang selama ini memenuhi kawasan perairan. (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Kini ada 17 pengusaha yang pindah tempat usaha dari warung apung serta pemancingan di Plaza Nyi Ageng Rakit Rawa Jombor. Mereka menempati kios yang disediakan pada joglo di kawasan Taman Nyi Ageng Rakit. Lokasinya tak jauh dari Kantor Desa Krakitan, berada di sisi timur waduk yang sudah ada sejak era kolonial Belanda tersebut.

Aneka menu disajikan para pelaku usaha di kios kuliner Plaza Nyi Ageng Rakit. Seperti soto, chicken katsu, ayam goreng/bakar, ayam dan ikan filet, serta aneka minuman kekinian. Ada pula jajanan sosis bakar dan lain-lain. Guna mengobati kangen menyantap olahan ikan air tawar, para pelaku usaha itu masih tetap menawarkan hidangan khas tersebut.

Baca Juga: Dolan Klaten Naik Bus, DAMRI: Girpasang Dulu, Rawa Jombor Kemudian

Nila Bakar

Salah satu pengunjung, Risdiyani, 34, mengatakan rasa olahan ikan air tawar yang disajikan masih senikmat ketika warung berada di perairan. Dia memilih menu nila bakar yang dia pesan dari salah satu kios bernama Pondok Roso 17.

“Rasa masih sama seperti dulu. Sambalnya juga masih konsisten nikmat. Mengobati rasa kangen makan di warung apung meski sekarang di daratan. Kalau tempat menikmati hidangan nyaman. Sepertinya menyenangkan kalau ada tempat lesehan untuk menikmati sajian yang dekat dengan tepi rawa,” kata warga Desa Senden, Kecamatan Ngawen, Klaten tersebut kepada Solopos.com, Jumat (18/2/2022).

Potensi berikutnya di Rawa Jombor di bidang perikanan. Di Rawa Jombor, dimanfaatkan sejumlah orang mengais rezeki dengan membikin karamba.

Nasib karamba ini nyaris sama dengan warung apung, yakni harus dibongkar saat program revitalisasi bergulir.

Revitalitasi menjadi program dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS). Dalam kegiatan itu, Kementerian PUPR bekerja sama dengan Kodam IV/Diponegoro.

Baca Juga: Ada Bus Wisata Jurusan Rawa Jombor dan Girpasang, Berapa Tiketnya?

Komandan Kodim (Dandim) 0723/Klaten, Letkol (Inf) Joni Eko Prasetyo, mengatakan hampir seluruh karamba dibongkar secara mandiri oleh masing-masing pemiliknya dari Rawa Jombor. Dari semula ribuan karamba, saat ini tersisa sekitar 235 karamba yang masih berada di kawasan perairan.

“Alhamdulillah saat ini capaiannya sudah 97 persen. Masih ada 235 karamba. Sudah ada komitmen dari pemiliknya untuk bongkar sendiri sampai akhir Desember ini,” kata Dandim saat ditemui, Selasa (14/12/2021).



Sejumlah warung apung di Rawa Jombor terlihat dari Bukit Sidoguro, Klaten. Foto diambil beberapa waktu lalu. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Seiring bergulirnya revitalisasi, BBWSBS mengizinkan kawasan perairan Rawa Jombor digunakan kegiatan masyarakat setempat, yakni budi daya ikan menggunakan karamba dan pemancingan.

Masih Mengkaji

Kawasan perairan yang diperbolehkan untuk kegiatan warga itu seluas 5% atau sekitar 9 ha dari total luasan Rawa Jombor yang mencapai kurang lebih 190 ha. BBWSBS masih mengkaji menentukan lokasi perairan Rawa Jombor yang bisa dimanfaatkan warga.

“Saat ini lokasinya masih kami kaji,” kata Staf Bidang Operasi dan Pemeliharaan (OP) BBWSBS, Suryadi, saat ditemui di Rawa Jombor, Jumat (25/3/2022).

Baca Juga: Ini Alasan Satlantas Polres Klaten Sita 105 Sepeda Motor di Rawa Jombor

Terakhir, Rawa Jombor juga menyimpan potensi sebagai objek wisata. Di Rawa Jombor terdapat puluhan perahu hias dan beberapa speedboat.

Sutomo yang juga dikenal ketua Paguyuban Perahu Tradisional Rawa Jombor, mengatakan jumlah perahu tradisional/perahu hias di Rawa Jombor mencapai 46 unit. Sebagian besar pemilik perahu menikmati masa panen saat Lebaran tiba meski masih berlangsung pandemi Covid-19.

Selain perahu hias, terdapat juga 3 unit speedboat. Ketiga speedboat itu milik Sutomo dan warga Krakitan lainnya, Arifin.

“Tarif speedboat Rp50.000 selama lima menit. Jumlah penumpang maksimal lima orang. Ditambah seorang pengemudi, kapasitas speedboat maksimal hanya enam orang,” kata Sutomo, saat ditemui wartawan di Rawa Jombor Krakitan, Bayat, Sabtu (5/6/2021).

Sutomo mengatakan speedboat yang berada di Rawa Jombor pernah digunakan menarik pengunjung di Telaga Sarangan, Jatim di waktu sebelumnya. Di antara speedboat miliknya merupakan buatan New Zealand.



Baca Juga: Mak Tratap! Ular Piton Nyelonong ke Bodi Sepeda Motor di Rawa Jombor

“Speedboat yang warna merah itu pernah digunakan di Telaga Sarangan (Jatim). Harga speedboat yang berada di Rawa Jombor ini beragam, mulai dari Rp14 juta (tahun 1999) hingga Rp45 juta (saat sekarang),” kataya.

Disinggung tentang jumlah peminat yang ingin naik speedboat, Sutomo mengatakan tergolong tinggi. Keberadaan speedboat dinilai dapat menjadi alternatif cara menikmati pemandangan dan keindahan di atas Rawa Jombor selain perahu hias.

“Dalam satu pekan, pendapatan yang diperoleh dari speedboat juga bisa mencapai Rp1 juta,” katanya.

Sampah

Di antara kendala pengembangan wisata, yakni kondisi rawa yang masih ditemukan banyak sampah, seperti plastik hingga popok bayi. Selain mengganggu keindahan, keberadaan sampah anorganik itu dinilai juga mengganggu biota di Rawa Jombor.

Hal itu diungkapkan salah satu pemilik perahu di Rawa Jombor, Surono, 48, saat ditemui wartawan di kompleks Rawa Jombor, Krakitan, Bayat, Kamis (27/8/2020).

Baca Juga: Waspada Lur! Pengedar Pil Koplo Mulai Sasar Pemancing di Rawa Jombor

Banyaknya sampah plastik dan popok bayi di Rawa Jombor sering mengganggu laju perahu milik warga atau pun nelayan di Rawa Jombor. Kedalaman air Rawa Jombor diperkirakan mencapai empat meter.



“Di dalam sini [Rawa Jombor], banyak sekali sampah plastik dan popok bayi. Terkadang, sampah plastik dan popok bayi itu menyangkut di mesin saya [baling-baling perahu]. Akhirnya, saya harus membersihkan sampah itu terlebih dahulu agar perahu tetap berjalan normal,” kata dia.

Surono mengatakan banyaknya sampah plastik dan popok bayi bukan berasal dari warga di sekitar Rawa Jombor Klaten. Datangnya sampah plastik dan popok bayi itu “dikirim” warga lain melalui berbagai sungai yang muaranya ke Rawa Jombor.

“Banyak sekali sungai yang alirannya ke sini. Di saat hujan, aliran sungai itu ke rawa semua. Di saat itulah, banyak plastik dan popok bayi yang ikut masuk ke rawa. Jadi sampah itu bukan dibuang warga sini. Jika dilihat dari permukaan Rawa Jombor memang tidak kelihatan. Tapi di dalamnya banyak sekali sampah,” katanya.



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya