SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BANYUWANGI – Objek wisata Rawa Bayu di Bangyuwangi, Jawa Timur, mendadak terkenal berkat kisah misteri KKN Desa Penari yang viral di media sosial. Rawa Bayu menjadi salah satu tempat yang dikaitkan dengan cerita horor tersebut.

Si penulis kisah misteri KKN di Desa Penari yang mengelola akun Twitter @SimpleM81378523 sebenarnya memakai foto Rawa Bayu hanya untuk ilustrasi. Dia pun telah menjelaskan alasan di balik penggunaan foto itu dalam vlog Raditya Dika yang diunggah, Jumat (30/8/2019).

Promosi Keren! BRI Jadi Satu-Satunya Merek Indonesia di Daftar Brand Finance Global 500

“Tempat itu [Rowo Bayu] bukanlah tempat yang saya ceritakan. Itu hanya penggambaran tempat yang ceritanya saya tulis di thread,” terang @SimpleM81378523.

Meski demikian, netizen kadung percaya Rawa Bayu ada kaitannya dengan kisah misteri KKN Desa Penari yang terjadi pada 2009 lalu. Rawa Bayu berada di Desa Bayu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi, Jawa Timur (Jatim).

Rawa Bayu adalah telaga yang tersembunyi di balik rimbunnya hutan di kaki Gunung Raung, Banyuwangi. Masyarakat setempat lebih sering menyebutnya dengan nama Rowo Bayu. Dalam bahasa Indonesia rowo berarti danau, sementara bayu berarti angin.

Telaga di kawasan KRPH Perhutani Banyuwangi Barat itu memang menyimpan misteri. Tapi, bukan cerita horor soal KKN di Desa Penari, melainkan kepingan sejarah Kerajaan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di Pulau Jawa.

Dikutip dari Detik.com, Senin (2/9/2019), Rawa Bayu merupakan tempat favorit meditasi bagi Prabu Tawang Alun saat memerintah Kerajaan Blambangan. Tempat meditasinya berada di sisi utara telaga yang kini dibangun serupa candi untuk menutupi cetakan kaki sang prabu selama meditasi.

“Di sini ada cetakan kaki Prabu Tawang Alun, Raja Blambangan kala itu, yang gemar meditasi. Ini dipercaya sebagai tempat yang sakral oleh masyarakat,” terang juru kunci Rawa Bayu, Mbah Saji.

Mata air di Rawa Bayu tidak pernah mengering. Ada tiga sumber mata air di sana, yakni sumber kaputran dan Dewi Gangga, sumber kamulyaan, dan sumber panguripan, yang semuanya dianggap sakral. Air tersebut dipercaya memiliki kekuatan magis oleh penduduk setempat.

Sumber mata air tersebut dipercaya berkhasiat bagi orang yang meminum atau membasuh wajah dan bagian badan lainnya. Sumber kaputran untuk mereka yang ingin punya penerus baik. Sumber Dewi Gangga khusus bagi yang ingin keturunannya cantik.

Sedangkan menurut Mbah Saji, sumber mata air kamulyan dan panguripan selalu ramai dikunjungi masyarakat yang ingin memperbaiki kehidupan. “Kamulyaan itu artinya kemuliaan. Sementara panguripan artinya kehidupan yang layak. Banyak pejabat yang datang ke sini,” terang Mbah Saji.

Mbah Saji membenarkan banyak kejadian mistis di Rawa Bayu. Namun, hal itu dianggap sangat biasa. Menurut Mbah Saji, lokasi itu merupakan saksi sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda sekaligus cikal bakal lahirnya Banyuwangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya