SOLOPOS.COM - Suasana peron bus di terminal Giwangan pada Senin (28/2/2022). (Yosef Leon/Harian Jogja)

Solopos.com, JOGJA — Sedikitnya 200 an bus wisata asal luar daerah dilaporkan masuk ke wilayah Jogja melalui terminal Giwangan setiap akhir pekan. Pos pengaturan lalu lintas terminal Giwangan mengklaim jumlah itu menurun hampir separuhnya akibat wilayah DIY yang kembali menyandang status PPKM level 3.

“Waktu DIY PPKM level 2 bisa mencapai 400 bus wisata setiap akhir pekan yang masuk. Tapi karena sekarang sudah naik lagi levelnya, intensitas bus semakin berkurang,” kata Komandan Pos pengaturan lalu lintas terminal Giwangan, Samijan ditemui Senin (28/2/2022) seperti dilansir Harian Jogja.

Promosi Tragedi Kartini dan Perjuangan Emansipasi Perempuan di Indonesia

Ia mengklaim, pemeriksaan kelengkapan dokumen perjalanan kepada para wisatawan yang berada di dalam bus wisata tetap dilakukan.

Pihaknya disebut berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan setempat untuk mengecek kartu vaksin, hasil swab antigen serta penggunaan aplikasi Pedulilindungi para penumpang.

“Tapi ya memang pemeriksaan dilakukan pada saat akhir pekan yakni Sabtu dan Minggu. Dishub yang periksa, dari kami back up,” ujar dia.

Baca Juga: Waspada Covid-19 Omicron, Dinkes Kota Jogja Klaim TT dan Oksigen Aman

Menurut Samijan, sejumlah bus wisata yang masuk ke Giwangan itu rata-rata telah melengkapi dokumen perjalanan. Wisatawan itu kebanyakan berasal dari Jawa Timur dan sebagian lainnya berasal dari Jawa Tengah serta Jawa Barat. Pemeriksaan juga dilakukan dengan melihat pengaturan duduk penumpang di dalam bus.

“Tapi sekarang sudah sepi kelihatannya meskipun musim libur. Kami cek juga kalau bus penuh ya kami ingatkan agar sebisa mungkin jaga jarak saat di dalam bus,” katanya.

Kepala Dinas Perhubungan Kota Jogja, Agus Winarto mengatakan, penerapan one gate system masih diberlakukan untuk menapis para pelaku perjalanan atau wisatawan yang datang ke wilayah setempat. Lewat skema ini, bus wisata diharuskan masuk lewat terminal Giwangan untuk diperiksa dokumen perjalanan para penumpangnya.

Hanya saja, pantauan di lapangan pada Senin pagi hingga siang hari tidak terdapat petugas jaga yang memantau dan memeriksa kedatangan bus wisata di lokasi tersebut. “One gate system masih diberlakukan. Malah setiap hari dijaga petugas. Bukan hanya saat libur panjang atau akhir pekan saja,” klaim Agus.

Baca Juga: Libur Panjang, Malioboro Jogja Jadi Lautan Manusia

Pasien RS Rujukan Covid-19 Didominasi Pelaku Perjalanan

Satgas Penanganan Covid-19 Kota Jogja melaporkan, per Jumat (25/2) pekan lalu tingkat keterisian tempat tidur pasien Covid-19 di Kota Jogja berada di angka 57 persen, dengan ICU terisi sebanyak 49 persen dan isolasi mandiri biasa sebanyak 60 persen. Kondisi ini disebut masih dalam tingkat yang aman, namun di tengah fenomena lonjakan kasus Covid-19 antisipasi yang tepat perlu segera dilaksanakan.

Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Jogja, Heroe Poerwadi menjelaskan, saat ini ada sebanyak delapan RS rujukan Covid-19 yang berada di wilayahnya. Pihaknya mengaku lebih siap menghadapi gelombang Covid-19 ketiga ini karena fasilitas sarana dan prasarana jauh lebih memadai dibandingkan dengan kondisi tahun lalu.

Namun begitu, ia memaparkan bahwa sebanyak 60 persen pasien yang dirawat di RS rujukan Covid-19 sebagian besar didominasi oleh warga luar kota atau pelaku perjalanan. Mereka merupakan para pelaku perjalanan yang mampir ke Jogja dan dinyatakan positif saat hendak kembali ke wilayahnya sehingga mesti mendapat perawatan di wilayah itu.

Baca Juga: Atraksi Pergantian Bregada Rakyat Malioboro, Daya Tarik Wisata Jogja

“Kaitannya dengan masa libur panjang ini, secara prinsip kami sebenarnya tidak membatasi orang untuk berwisata atau mobilitas yang penting semua persyaratan perjalanan selama masa PPKM dipenuhi dan karena hampir semua di Indonesia kondisi Covid-19 tinggi, saya harap juga prokes di jaga selama liburan,” kata dia.

Sebab, Heroe menyebutkan bahwa tingkat penularan Covid-19 Omicron jauh lebih cepat dibandingkan dengan varian sebelumnya. Tercatat, lonjakan kasus harian Covid-19 di Kota Jogja bahkan mencapai 70 kali lipat selama Februari ini dibanding bulan-bulan sebelumnya.

“Khususnya kepada lansia, anak-anak atau kategori rentan sebaiknya ya ada pembatasan secara mandiri terhadap banyak orang karena dikhawatirkan interaksi itu bisa memicu virus terbawa ke internal kita yang bisa menularkan kepada orang lain di sekitar,” jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya