SOLOPOS.COM - Seorang warga Kampung/Kelurahan Plumbungan RT 007/RW 003, Karangmalang, Sragen, Suyoto, 65, menyemprotkan disinfektan pada kandang ayam milik Sukarno di kampung tersebut, Rabu (5/7/2017). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Penyakit unggas mengakibatkan ratusan ayam di Plumbungan, Sragen, mati mendadak.

Solopos.com, SRAGEN — Ratusan ayam milik warga Kampung Plumbungan RT 007/RW 003, Kelurahan Plumbungan, Karangmalang, Sragen, mati mendadak dalam sebulan terakhir.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Warga menduga kematian ayam itu disebabkan virus avian influenza (AI) atau flu burung karena kematiannya sangat cepat tanpa diawali sakit. Kematian unggas di wilayah Plumbungan itu terjadi sejak menjelang Lebaran lalu.

Ratusan ayam itu milik Paring, Parto Pariman, Suyoto, Parmin, Arjo Muk, Suparno, Suwardi, Giyem, dan terakhir milik Suwarso. Kematian ayam itu sempat menjadi perbincangan hangat dalam rapat rukun tetangga (RT) pada Minggu (2/7/2017) lalu.

“Ayam-ayam itu mati secara mendadak. Kalau 200 ekor lebih. Di bagian paruhnya ada semacam lendir pada ayam yang sudah mati. Kematian paling awal terjadi pada ayam-ayam milik Paring kemudian menular ke ayam milik tetangga lainnya termasuk ayam-ayam milik saya. Sekarang tak satu ekor pun yang tersisa dari belasan ekor ayam yang ada,” ujar Suparno, 58, warga setempat.

Setelah mendengar kabar kematian unggas itu seorang pegawai Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Sragen yang tinggal di Plumbungan, Harry Purwanto, segera melaporkan kepada petugas peternakan di Disnakan. Harry membawakan disinfektan dari Disnakan dan memberikannya kepada warga agar digunakan untuk menyemprot kandang ayam. Upaya itu dilakukan supaya kasus kematian ayam tidak bertambah.

Warga yang paling banyak kehilangan ayamnya karena mati mendadak adalah Suyoto, 65. Kakek-kakek itu mengaku ada 50 ekor ayam miliknya yang mati mendadak dan kini tinggal beberapa anakan ayam di kandang.

“Sebanyak 50 ekor itu mati dalam waktu sepekan. Praktis sehari itu mati tujuh ekor. Saya itu tidak tega untuk menjual ayam. Bangkai ayam itu ya saya kubur semua. Tetapi ada tetangga yang bangkainya dibuang ke sungai,” ujar Suyoto saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu pagi.

Suyoto mendapat disinfektan dari Disnakan. Dia mencampur disinfektan itu dengan air yang dimasukkan ke dalam tangki dan disemprotkan ke kandang ayam miliknya pada Rabu pagi. Suyoto juga menyemprot kandang ayam milik warga lainnya supaya tidak terjadi kasus kematian ayam lagi, yakni kandang ayam milik Giyem, Parmin, Sukarno, dan Setyono.

“Ayam-ayam saya juga ada yang mati mendadak. Sekarang tinggal dua ekor jago dan satu indukan ayam,” ujar Sukarno.

Suwarso mengaku enam ekor ayamnya mati dalam waktu dua hari. Dia mengaku pagi keluar mencari makan sendiri kemudian pada siang harinya pulang tahu-tahu sudah mati.

“Ayam itu waras tahu-tahu klepek-klepek terus mati. Ya, kami menduganya karena terserang flu burung,” imbuhnya.

Kabid Kesehatan Hewan Disnakan Sragen, drh. Mulyani Sriwiyati, saat dihubungi Solopos.com, Rabu siang, mengaku mendapatkan laporan tentang kematian unggas di wilayah Desa Kedungupit, Sragen Kota, tetapi sudah tidak ditemukan bangkainya. Laporan dari Plumbungan, kata dia, juga sampai ke Disnakan tetapi lagi-lagi terlambat karena tidak ada bangkai unggasnya.

“Kalau laporannya terlambat ya kami tidak bisa memastikan penyebab kematian unggas itu. Minimal kalau menemukan bangkai, kami bisa melakukan rapid test untuk mengetahui penyebabnya. Kalau gejala kematiannya mendadak biasanya mengarah ke virus AI tetapi kami tidak berani menyatakan itu karena harus ada bukti uji laboratorium,” ujar Nanik, sapaan akrabnya.

Untuk penanganan sementara, Nanik memberikan disinfektan kepada warga di Kedungupit dan Plumbungan. Dia mengapresiasi kesadaran masyarakat yang mau menyemprot kandang ayam mereka sebagai upaya mewujudkan bio security untuk pencegahan supaya tidak muncul kasus lagi. Nanik berharap kalau ada kematian ayam supaya segera melaporkan ke Disnakan.

“Untuk sementara ayam-ayam warga dikandangkan supaya tidak muncul kasus kematian lagi. Penyemprotan disinfektan dilakukan sehari dua kali dalam waktu sepekan. Kalau sudah tidak ada kasus kematian, penyemprotan bisa dilakukan sekali sehari,” tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya