SOLOPOS.COM - Letnan Jenderal Jawa Thomas Stamford Raffles. - Sumber: Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta.

Solopos.com, JAKARTA — Ratu Inggris Elizabeth II dimakamkan Senin (19/9/2022) ini.

Jutaan orang seantero dunia mengucapkan duka cita. Tidak terkecuali sejumlah petinggi dan warga negara Indonesia.

Promosi BRI Catat Setoran Tunai ATM Meningkat 24,5% Selama Libur Lebaran 2024

Padahal merunut sejarah, Inggris pernah meninggalkan jejak kelam bagi bangsa Indonesia, terutama Jawa.

Peristiwa itu terjadi pada Juni 1812 atau lebih dari 200 tahun lalu. Kala itu Inggris berkuasa di tanah Jawa usai mengalahkan Gubernur Jenderal Jan Willem Janssens, pengganti Daendels, dalam peperangan melawan Belanda, yang disokong Prancis.

Baca Juga: Puluhan Ribu Orang Antarkan Ratu Elizabeth II ke Peristirahatan Terakhir

Perang antara Inggris dan Prancis di Jawa merupakan bagian dari perang besar Napoleon Bonaparte di tanah Eropa.

Belanda dikuasai Prancis dan Janssens adalah wakil Prancis di Hindia Timur. Thomas S. Raffles kemudian diangkat sebagai Letnan Jenderal Gubernur Jawa.

Raffles oleh para penguasa lokal dianggap memberi harapan karena perangainya dinilai lebih baik dibandingkan Daendels.

Baca Juga: Beristirahatlah dengan Tenang Gorbachev, Selamat Jalan Ratu Elizabeth

Sri Sultan Hamengkubuwono II, salah satu penguasa lokal yang sempat dilengserkan dari Kraton Yogyakarta oleh Daendels, bahkan memandang bahwa pergantian kekuasan dari Belanda kepada Inggris sebagai suatu pertanda baik.

Dia memanfaatkan itu untuk kembali naik tahta. Tak hanya itu, dia juga menyingkirkan lawan-lawan politiknya, salah satunya dengan membunuh Patih Danureja II.

“Jika Sultan HB II mengira bahwa Raffles akan berbeda dari Daendels, maka segera terbukti bahwa dia salah,” tulis M.C Ricklefs dalam Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, yang dikutip Senin (19/9/2022).

Baca Juga: Prosesi Pemakaman Ratu Elizabeth II Disiarkan secara Langsung

Raffles, kata Ricklefs, adalah pembaharu dan penentang depotisme laiknya Daendels.

Itu artinya tidak ada perbedaan sikap antara Daendels dengan Raffles dalam memandang kekuasaan monarki.

Daendels, adalah seorang perwira militer, yang sangat terpengaruh dengan semangat egaliter Revolusi Prancis.

Baca Juga: Pangeran Harry Tak Diundang ke Acara Prapemakaman Ratu Elizabeth II

Meski demikian, hubungan antara Raffles dan Hamengkubuwono II berjalan baik. Tidak ada masalah.

Namun lambat laun, masalah mulai muncul. Sultan Hamengkubuwono II tidak mau tunduk. Dia memang dikenal sebagai penguasa yang berwatak keras dan anti terhadap penguasa Eropa.

Permusuhan Sultan dengan Inggris pecah saat utusan Inggris, John Crawfurd mengunjungi Istana Yogyakarta pada November 1811.

Baca Juga: David Beckham Antre 13 Jam demi Penghormatan Terakhir untuk Ratu Elizabeth II

Dia dimaki oleh Sultan Hamengkubuwono II. Pada Desember 1811, giliran Raffles sendiri yang berkunjung ke Istana Yogyakarta.

Dia bernasib sama dengan Crawfurd, mendapat sikap permusuhan dari Hamengkubuwono II.

“Satu kejadian hampir saja menimbulkan perkelahian bersenjata di dalam ruangan yang penuh orang.”

Memuncak

Konflik antara Inggris dan Kasultanan Yogyakarta mulai memuncak.

Hal ini diperparah dengan gesekan di internal Istana antara Pangeran Natakusuma dengan Hamengkubuwono II.

Natakusuma dibebaskan dari penjara. Dia bersekutu dengan Inggris. Putra Mahkota juga berada di kubu Inggris.

Baca Juga: Deretan Selebriti Akan Hadiri Pemakaman Ratu Elizabeth II

Di sisi lain, Pakubuwono IV, penguasa Kasunanan Surakarta, juga mengambil peran. Dia memprovokasi Hamengkubuwono II untuk melawan Inggris.

Pakubuwono mengirim surat ke Hamengkubuwono. Namun persekongkolan semu itu terbongkar. Inggris naik pitam.

Ricklefs menyebutkan tujuan Pakubuwono sebenarnya tidak mendukung secara penuh Hamengkubuwono.

Dia hanya ingin Kasultanan Yogyakarta hancur di tangan Eropa.

Baca Juga: Daniel Craig Kemungkinan bakal Hadiri Pemakaman Ratu Elizabeth II



Dengan demikian, hanya Surakarta menjadi satu-satunya kraton mayor penerus Mataram Islam.

Aliansi Inggris, Putra Mahkota dan Natakusuma bersiap menyerang kubu Hamengkubuwono II.

Pada bulan Juni 1812, 1.200 prajurit Eropa dan 800 prajurit Legiun Mangkunegara menyerang Yogyakarta.

Baca Juga: Pangeran George dan Putri Charlotte Hadiri Pemakaman Ratu Elizabeth II

Tembakan artileri saling bersahut antara dua kubu. Yogyakarta jatuh. Sultan Hamengkubuwono II diasingkan ke Penang, sekarang Malaysia.

Putra Mahkota kemudian menggantikannya sebagai Sultan dengan gelar Hamengkubuwono III. Sedangkan Natakusuma suatu daerah yang merdeka.

Daerah itu kemudian dikenal sebagai Pakualaman. Pangeran Natakusuma kemudian bergelar Pangeran Pakualam I.

Baca Juga: Seniman Bandung Tampilkan Tarian Penghormatan Terakhir untuk Ratu Elizabeth II

Istana Yogyakarta mengalami nasib yang tragis. Inggris merampok harta karun Keraton.



“Perpustakaan dan arsipnya dirampas dan sebagian besar uang diambil.”

Mengembalikan Harta Karun

Sampai saat ini upaya mengembalikan khazanah literatur (manuskrip) kuno yang dirampas Inggris terus dilakukan.

Namun hal itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Sri Sultan HB X, seperti dikutip dari Harian Jogja, bercerita betapa perjuangan mengembalikan manuskrip kuno dari belahan dunia tidak berjalan secara tegak lurus.

Sultan harus menapaki jalan penuh kelokan untuk mencapai tujuan. Selama hampir satu dekade, kegigihan untuk meminta kembali ‘pusaka keraton’ itu mulai terwujud.

Baca Juga: David Beckham Antre 13 Jam demi Penghormatan Terakhir untuk Ratu Elizabeth II

“Sebanyak 75 manuskrip akan dikembalikan meskipun dalam bentuk digital. Tidak asli tidak apa-apa, nanti bisa ditulis kembali, kan ada yang bentuk digital?” kata Sultan saat jumpa pers Internasional Symposium on Javanese Studies and Manuscripts of Keraton Yogyakarta dilansir dari Harian Jogja.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Ketika Inggris Merampok Harta Kraton Yogyakarta





Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya