SOLOPOS.COM - Potrait Ratna Sari Dewi semasa muda.yang merupakan istri kelima Presiden pertama Sang Proklamator RI (Instagram @dewisukarnoofficial)

Solopos.com, SOLO — Ratna Sari Dewi, barangkali nama itu tak asing di telinga masyarakat Indonesia.

Perempuan kelahiran Tokyo, Jepang pada 6 Februari 1940 ini memiliki nama asil Naoko Nemoto. Ratna Sari Dewi merupakan istri keenam Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Diintip dari kanal YouTube Potongan Sejarah, Selasa (1/8/2022), pada cuplikan wawancara Nemoto dengan Media Perancis tahun 1966, Nemoto kali pertama bertemu dengan Bung Karno pada Juni tahun 1959. Saat itu Bung Karno melakukan kunjungan ke Jepang. Usia Ratna Sari Dewi masih 19 tahun kala itu.

Melansir dari laman perpusnas.go.id, Ratna Sari Dewi merupakan putri seorang pekerja bangunan. Dia lahir dari keluarga sederhana. Nemoto sempat bekerja sebagai pramuniaga di salah satu perusahaan asuransi jiwa di Jepang sebelum akhirnya memutuskan terjun ke dunia seni.

Pesona Nemoto yang tiada dua ini membuat Bung Karno jatuh hati hingga keduanya bertemu kembali di Hotel Imperial tempat Bung Karno menginap. Pertemuan keduanya dibantu oleh salah seorang kolega.

Baca Juga : Biografi Fatmawati: Murid Bung Karno yang Jadi Ibu Negara Pertama

Nyatanya, Bung Karno tak lantas melupakan Nemoto begitu saja saat kembali ke Indonesia. Dia berkirim surat dan bak gayung bersambut Nemoto membalasnya. Tak lama, Bung Karno mengundang Ratna Sari Dewi ke Indonesia.

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Pada tahun 1962, Bung Karno menikahi Nemoto. Pada saat yang sama, namanya diganti menjadi Ratna Sari Dewi. Ia juga mendaftarkan diri sebagai Warga Negara Indonesia. Keduanya dikaruniai seorang putri bernama Karina Kartika Sari Dewi.

Sayangnya, kisah cinta keduanya berakhir dengan cara yang tak manis. Keduanya harus berpisah di tahun 1970. Saat itu Dewi kecil masih berusia 3 tahun.

Kehidupan Ratna Sari Dewi

Dikisahkan, hingga detik terakhir Bung Karno meninggal, ia masih menyebutkan nama Ratna Sari Dewi. Hal itu menunjukkan betapa besar rasa cintanya pada perempuan Jepang ini.

Baca Juga : Serupa Tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Bendera Indonesia dan Monako

Usai berpisah dengan Bung Karno, kehidupan Ratna Sari Dewi disebut-sebut penuh sensasi. Yang paling menghebohkan adalah bukunya berjudul Madam De Syuga. Indonesia menolak buku tersebut karena beberapa foto yang terpasang dianggap tak sesuai dengan tatanan budaya Indonesia.

Menurut penelusuran Solopos.com pada wawancara eksklusif yang dilakukan Desi Anwar dengan Ratna Sari Dewi pada tahun 2016, Ratna Sari Dewi merasa bahwa hal tersebut bukanlah sesuatu yang harus diperdebatkan. Menurut dia pembuatan buku itu untuk masyarakat Jepang.

Sebagai seniman, Ratna Sari Dewi hanya ingin mengekspresikan diri. Pada masa muda, sebelum bertemu Bung Karno, ia mengaku pernah mendapatkan penghargaan dari karya lukisnya.

Ratna Sari Dewi mengaku tak menjadikan melukis sebagai mata pencaharian, tetapi melukis menjadi hobi. Ia memulai karier dalam dunia bisnis untuk menghidupi dirinya dan juga putrinya.

Ia mengaku hanya ingin menjadi diri sendiri dalam menjalani hidupnya saat ini. Ia tak ingin menyandang embel-embel mantan istri Presiden pertama RI yang sudah telanjur melekat.

Baca Juga : Cerita Hasto: Visi Bung Karno Jadikan Kalimantan Pusat Pertahanan Udara

Dibalik suka duka yang telah ia lewati sejak kali pertama bertemu dengan Bung Karno hingga saat ini, Ratna Sari Dewi ternyata masih mempertahankan status kewarganegaraan Indonesia. Hal tersebut tak lain demi kemudahan untuk selalu berkunjung ke Blitar, tempat Bung Karno, Sang Proklamator dimakamkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya