SOLOPOS.COM - Ilustrasi menonton televisi (JIBI/Solopos/Dok.)

Rating televisi yang penentuannya dilakukan oleh lembaga survei AC Nielsen dinilai belum tenti merepresentasikan minat pemirsa.

Kanalsemarang.com, SEMARANG-Hasil penelitian lembaga survei AC Nielsen tentang rating program televisi belum tentu merepresentasikan kesukaan penonton terhadap program tersebut.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pengamat media dari Lembaga Studi Pers dan Informasi (Lespi) Semarang Muhammad Aulia mengatakan metode yang digunakan Nielsen adalah data kuantitaif yang diambil dari sample penonton di 10 kota besar sehingga hasilnya kurang akurat.

”Ketika responden mendiamkan program chanel TV tertentu, maka dianggap menyukai program tersebut. Padahal bisa saja pada waktu itu sedang ditinggal membersihkan rumah oleh responden atau ada keperluan lain tapi lupa mematikan televisi,” katanya pada diskusi publik Terjebak Dalam Rating Nielsen di Kampus Universitas Stikubank (Unisbank) Semarang, akhir pekan lalu.

Dalam kesempatan itu, Rektor Unisbank Hasan Abdul Rozak melakukan penandatangan kerjasama dengan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah Budi Setyo Purnomo. Kerjasama meliputi bidang pendidikan, pengabdian, dan penelitian.

Aulia lebih lanjut mengatakan untuk menentukan program televisi yang berkualitas itu tidak tepat bila hanya menggunakan data hasil rating Nielsen.

”Karena survei Nielsen menggunakan data kuantitatif yang terbatas, maka rating tertinggi program televisi belum tentu merepresentasikan kesukaan program oleh penonton,” tandasnya.

Direktur Dreamlight Semarang Eko Nugroho dalam kesempatan sama mengatakan perusahaan pemasang iklan turut bersalah karena mempercayai hasil rating Nielsen sehingga memasang iklan pada program televisi yang sebenarnya tidak berkualitas.

”Program acara televisi yang menampilkan kesedihan, tangisan atau kondisi yang memprihatinkan selalu menempati rating yang tinggi. Padahal acara tersebut belum tentu berkualitas,” kata produser yang pernah melahirkan program televisi Tukar Nasib dan Uang Kaget ini.

Sementara itu, Kepala Bagian Bungan Masyarakat Unisbank Karman Sastro mengungkapkan dibutuhkan partisipasi masyarakat untuk ikut mengawasi program-program televisi.

”Perlu ada gerakan untuk mengkampanyekan tidak menonton program televisi yang memiliki rating tinggi tetapi kualitasnya rendah. Bila perlu matikan televisi,” tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya