SOLOPOS.COM - Ketua Tim Teknis TPID Solo, S Joko Pangarso mengecek harga bawang putih saat Sidak di Pasar Legi, Solo, Selasa (21/5/2013). (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Ketua Tim Teknis TPID Solo, S Joko Pangarso mengecek harga bawang putih saat Sidak di Pasar Legi, Solo, Selasa (21/5/2013). (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SOLO — Temuan beras untuk warga miskin (Raskin) di sela-sela Sidak Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Solo, Selasa (22/5/2013), bukan temuan kali pertama. Sebelumnya sudah banyak diketahui warga menjual Raskin karena dinilai kualitasnya yang jelek.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) Subdivre III Surakarta, Edi Riswan, meminta agar temuan diperjualbelikannya Raskin di pasaran tidak dibawa ke konteks yang negatif.

Ekspedisi Mudik 2024

“Ini bukan persoalan kelemahan sistem program raskin maupun minimnya kontrol penyaluran raskin. Dan ini juga bukan penyimpangan karena bukan dilakukan oknum aparat. Tapi, lebih kepada permasalahan moral. Moral dari masyarakat penerima. Ini bantuan dari pemerintah kok diperjualbelikan. Kalau memang mampu kok bisa dapat Raskin,” tegas Edi, kepada Solopos.com, Rabu (22/5/2013).

Bulog pun menegaskan tidak akan menelusuri sampai sejauh mana proses jual beli Raskin itu dilakukan. Apakah dilakukan oleh rumah tangga sasaran (RTS) sendiri atau justru oleh aparat.

“Tanggung jawab Bulog mulai dari pintu gudang sampai titik distribusi. Dari titik distribusi ke tangan penerima, adalah tanggung jawab pemerintah daerah masing-masing,” kata Edi.

Edi mengatakan, Bulog sudah mengkoordinasikan seluruh koordinator daerah (Korda) untuk berkomunikasi dengan seluruh pemerintah daerah (Pemda) di Soloraya, tidak hanya di Solo, untuk mencari solusi bersama dan melakukan pendekatan persuasif bersama ke masyarakat.

“Ini kan program nasional, jadi kami ingin bersama pemerintah daerah bisa meminimalisasi aksi jual beli raskin ini dengan pendekatan persuasif ke masyarakat, karena itu yang bisa kami lakukan.”

Pihaknya berharap, potensi beras Raskin yang diperjualbelikan tidak banyak. Apalagi, kuota Raskin di Soloraya itu mencapai 6.667 ton.

Diakuinya, temuan raskin diperjualbelikan ini mungkin sudah menjadi temuan kesekian kali selama penyaluran program Raskin. “Tapi kami akan tetap mengimbau kepada masyarakat agar Raskin tidak dijual. Kalau masyarakat ingin Raskin yang setara dengan harga beras Rp8.000 per kilogram, ya tidak nyambung dong. Ini kan konteksnya bantuan dari pemerintah, dan kami menjamin bahwa beras yang kami salurkan layak dikonsumsi.”

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, R Bagus Rahmat, menyerahkan sepenuhnya temuan tersebut kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Saat ditanya mengenai kemungkinan mengevaluasi kembali RTS peneriman Raskin, Bagus menyebutkan bahwa kemungkinan itu juga tidak mudah tanpa ada koordinasi dengan pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya