SOLOPOS.COM - Raskin (beras untuk rumah tangga miskin), Kamis (8/11/2012), didistribusikan oleh petugas di Kantor Desa Kateguhan, Kecamatan Sawit, Boyolali. (Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)


Petugas mendistribusikan raskin di Kantor Desa Kateguhan, Kecamatan Sawit, Boyolali, Kamis (8/11/2012).(Oriza Vilosa/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI–Pemerintah Desa (Pemdes) Kateguhan, Kecamatan Sawit, Boyolali memperketat distribusi beras untuk rumah tangga miskin (raskin). Perangkat desa melakukan itu untuk mencegah praktik penjualan raskin oleh para penerima.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal tersebut diterangkan oleh Kadus II Kateguhan, Pardiyono, kepada Solopos.com di sela-sela pembagian raskin di kantornya, Kamis (7/11//2012).

Ekspedisi Mudik 2024

“Dulu pernah jatah dijual lagi. Saya memilih langsung mendatangi penerima dan memberi peringatan jika raskin dijual mending dialihkan ke penerima lain karena masih banyak yang mau,” kata dia.

Kaur Pembangunan Desa Kateguhan, Sihtrisno, mengungkapkan jatah Raskin untuk 225 penerima di desanya berjenis IR 64. Namun, dia mengatakan penerima harus mencampur beras itu dengan beras kualitas lebih baik, sebelum dikonsumsi.

“Karena berasnya apek mungkin terlalu lama disimpan di gudang.”

Informasi mengenai praktik pencampuran beras itu diamini Kadus III Kateguhan, Mahmud Asnawi. “Memang kebanyakan dicampur,” imbuhnya.

Masing-masing penerima menebus jatah 15 kg beras dengan uang Rp24.000. Namun menurut penelusuran Solopos.com, baru-baru ini, masih ditemui penerima menjual kembali jatah itu kepada para pedagang. Menurut sumber Solopos.com dari kalangan pedagang beras yang beroperasi di wilayah Kecamatan Mojosongo, penerima raskin menjual jatahnya karena beberapa alasan, salah satunya soal rasa.

“Kadang kualitas tak bagus, soal warga dan rasanya juga tak enak,” ujar sumber tersebut.

Dia menjelaskan penerima raskin sering memesan beras pengganti jatah kepadanya sebelum jadwal distribusi bantuan tiba. Ada pula penerima yang menyimpan jatah lalu menukarkannya dengan beras ke pedagang pada saat tertentu. Dia mengaku rata-rata penerima menjual 15 kg jatah raskin seharga Rp85.000. Raskin yang dibelinya itu kemudian dijual lagi kepada para tengkulak.

“Saya tak perlu ke pasar. Sudah ada tengkulak yang membeli. Rata-rata keuntungan saya Rp400/kg,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya