Bola
Selasa, 15 Oktober 2019 - 16:24 WIB

Rasialisme dan Pesta Gol Inggris di Bulgaria

Ahmad Baihaqi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Timnas Inggris (Reuters/Carl Recine)

Solopos.com, SOFIA - Timnas Inggris memetik kemenangan besar atas Bulgaria dalam lanjutan Kualifikasi Piala Eropa 2020. Namun, kemenangan itu didapat dengan tidak mudah lantaran sejumlah pemain Inggris menjadi korban serangan rasial di laga itu.

Dalam pertandingan yang digelar di Stadion Vsil Levski, Sofia, Selasa (15/10/2019) dini hari WIB, Inggris menang dengan skor 6-0. Raheem Sterling dan Ross Barkley masing-masing mencetak dua gol. Sementara dua gol lainnya dilesakkan Marcus Rashford dan Harry Kane.

Advertisement

Pertandingan itu sendiri sempat dihentikan dua kali oleh wasit. Masalahnya adalah teriakan rasial dari penonton di tribune yang ditujukan kepada sejumlah pemain Inggris yang memiliki kulit berwarna gelap. Tepatnya pada menit ke-30 dan ke-41, laga dihentikan sejenak.

Isu rasialisme memang sempat menghangat jelang laga ini. Pasalnya, sejumlah pemain Inggris sebelumnya sudah menjadi korban. Di sisi lain, Bulgaria pernah mendapatkan hukuman karena kasus ini. Otoritas sepak bola Inggris sempat mengancam akan mogok main jika ada kasus rasialisme di laga ini.

Di lain pihak, Otoritas sepak bola Bulgaria tak senang dengan ancaman itu. Mereka menganggap Inggris menyudutkan pihaknya sebagai negara yang kerap melakukan tindakan rasial. Pada akhirnya, serangan rasial itu memang ada. Namun, Inggris tetap main dan pesta gol.

Advertisement

Usai laga, FA mendesak UEFA untuk menyelidiki kasusu ini. "FA bisa memastikan jika para pemain Inggris menjadi sasaran nyanyian rasial yang menjijikan saat bermain di Kualifikasi Piala Eropa 2020 melawan Bulgaria. Hal ini tidak dapat diterima di setiap level permainan dan fokus kami adalah mendukung para pemain dan staf Inggris yang terlibat," demikian pernyataan FA seperti dilansir Sky Sports.

"Seperti yang kita sadari secara menyedihkan, ini bukan pertama kalinya para pemain kami mengalami pelecehan tingkat tinggi dan tidak ada tempat untuk perilaku semacam ini di masyarakat, apalagi dalam sepak bola. Kami akan meminta UEFA untuk menyelidiki kasus ini sebagai masalah yang mendesak."

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif