RAPBN 2016 menunjukkan sikap realistis pemerintah dalam mematok angka pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah dari 2015.
Solopos.com, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut siklus perekonomian global maupun nasional kurang menggembirakan. Pernyataan itu diungkap saat Presiden yang berpidato di depan anggota DPR dalam peringatan HUT ke-70 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Kompleks Gedung Parlemen, Jumat (14/8/2016).
Promosi Efek Ramadan dan Lebaran, Transaksi Brizzi Meningkat 15%
Kendati demikian, paparnya, goncangan ekonomi seperti itu bukanlah yang pertama kali dirasakan. “Kita telah mengalami berulangkali. Kita optimis dapat melaluinya dengan selamat,” kata Presiden Jokowi.
Seperti diketahui, menurut sumber Bisnis/JIBI yang mengetahui perencanaan RAPBN 2016, pemerintah akhirnya bersikap lebih realistis dengan mematok asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2016 pada kisaran 5,5%, lebih rendah ketimbang APBN Perubahan (APBNP) 2015 sebesar 5,7%.
Dalam pembahasan paparan indikatif antara pemerintah dan Badan Anggaran (Banggar) DPR awal Juli lalu, disepakati rentang pertumbuhan pada level 5,5%-6,0%. Namun, pemerintah dipastikan mengambil angka paling bawah mengingat situasi eksternal yang kurang mendukung.
Adapun, tingkat inflasi pada RUU APBN 2016 dipatok pada 4,7%, atau lebih optimistis ketimbang APBNP 2015, yaitu 5,0%.
Untuk nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipatok Rp13.400/dolar AS, melesat jauh dibandingkan pada APBNP 2015 Rp12.500/dolar AS. Angka itu merupakan batas bawah dalam kesepakatan indikatif yang merentang antara Rp13.000-Rp13.400/dolar AS.