SOLOPOS.COM - Ilustrasi penjualan anjing (JIBI/Bisnis Indonesia)

Solopos.com Stories

Solopos.com, SOLO — Bisnis perdagangan anjing untuk dijadikan menu kuliner di warung-warung satai dan rica-rica gukguk di Kota Solo tidak lepas dari peran suplier atau pemasok yang kebanyakan dari wilayah Jawa Barat. Padahal Jawa Barat, menurut data Kementerian Kesehatan, menjadi salah satu provinsi yang masih berstatus endemik rabies.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berdasarkan data di laman kemkes.go.id, September 2020, dari 34 provinsi di Indonesia, hanya delapan provinsi yang bebas rabies. Sementara 26 provinsi lainnya masih endemik rabies.

Delapan provinsi yang sudah bebas rabies tersebut adalah adalah Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Papua, Papua Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Jawa Barat belum masuk provinsi yang bebas rabies.

Laman diskesbaliprov.go.id menjelaskan rabies (penyakit anjing gila) merupakan penyakit menular akut yang menyerang susunan saraf pusat pada manusia dan hewan berdarah panas yang disebabkan oleh virus rabies.

Penularannya melalui saliva (anjing, kucing, kera) yang kena rabies dengan jalan gigitan atau melalui luka terbuka. Sumber penularan utama penyakit rabies adalah anjing. Di samping itu dapat juga ditularkan oleh kucing dan kera.

Baca Juga: Menelisik Rantai Bisnis Perdagangan Anjing di Solo sampai Jadi Rica-Rica Gukguk

Rabies dapat pula menular dari manusia ke manusia melalui transplantasi kornea, kontak air liur penderita ke mukosa mata. Selain itu pernah juga ada laporan orang sehat setelah digigit orang yang menderita rabies ikut mengalami sakit rabies. Pada kondisi parah, rabies dapat menyebabkan kematian.

Kondisi Kesehatan Anjing Tidak Terpantau

Menurut hasil penelusuran Koalisi Dog Meat Free Indonesia (DMFI), empat daerah di Jawa Barat yang rutin mengirim anjing ke rumah-rumah jagal dalam bisnis perdagangan anjing di Solo dan sekitarnya yakni Pangandaran, Garut, Tasikmalaya, dan Sukabumi.

Biasanya, pengepul mengambil puluhan ekor hingga ratusan ekor anjing dan mengirim ke Kota Solo dan sekitarnya menggunakan truk pada malam hari. Mereka menggunakan jalur-jalur tikus untuk menghindari razia petugas.

Pengepul tak hanya mengambil di satu lokasi melainkan beberapa lokasi penyedia anjing. Anjing-anjing yang dijual berjenis lokal dengan kondisi tubuh, usia, dan kesehatan bervariasi. Ada anjing yang kondisi tubuhnya kurus dan berusia tua namun tetap dijual.

Baca Juga: Gibran soal Maraknya Kuliner Anjing di Solo: Pedagang-Konsumen Sama-sama Salah

Kondisi riwayat kesehatan anjing pun tidak diketahui secara jelas. Anjing-anjing yang dijual itu tidak dapat dipastikan apakah bebas rabies dan penyakit lainnya atau tidak. Penyedia anjing hanya mencari keuntungan pribadi tanpa memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan hewan.

Tak menutup kemungkinan, anjing-anjing yang dijual merupakan anjing hasil pencurian dan anjing liar di jalanan. Anjing-anjing yang dipotong itu berpotensi menularkan virus rabies kepada manusia.

Ilustrasi vaksinasi rabies vaksin gratis wonogiri anjing rabies solo bisnis perdagangan anjing solo
Ilustrasi vaksinasi rabies (Freepik)

Padahal, wilayah Jawa Tengah dinyatakan bebas rabies sejak 1997. Status bebas rabies terancam hilang jika permintaan daging anjing di Kota Solo dibiarkan tetap tinggi.

Modus Pengiriman Anjing Senyap dan Cepat

Kini, pengepul dan pemasok dalam bisnis perdagangan anjing di Solo tak berani langsung mengirim anjing ke rumah jagal atau pedagang kuliner daging anjing. Ketua Sahabat Anjing Surakarta (SAS), Fredi Irawan, menyebut modus pengiriman anjing dari daerah pemasok ke Solo mirip seperti transaksi sabu-sabu.

Baca Juga: Akhirnya Bertemu Gibran, DMFI Akui Tak Mudah Larang Daging Anjing di Solo

Selalu berpindah-pindah lokasi dan berlangsung senyap serta cepat. “Terakhir yang saya tahu lokasi pengiriman anjing di wilayah Sragen. Jadi jagal atau pedagang kuliner daging anjing mengambil sendiri ke Sragen,” ujarnya kepada Solopos.com, Rabu (21/9/2022).

Sesampai di tempat jagal, anjing-anjing lokal itu lantas dimasukkan ke dalam ruangan sebelum dipotong. Tak hanya anjing muda, banyak anjing yang berusia tua dan menderita sakit juga ikut dipotong. Pengepul tidak memedulikan kondisi kesehatan anjing. Mereka hanya berpikir mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.

Fredi menyebut ada beberapa jagal anjing di Solo mulai dari skala kecil hingga besar. Mereka memotong antara beberapa ekor hingga ada yang mencapai puluhan ekor dalam sehari.

Baca Juga: Gibran Akui Tingginya Konsumsi Daging Anjing Tak Selaras dengan Branding Solo

Salah satu pemilik rumah jagal di Solo, Sd, saat ditemui Tim Solopos, belum lama ini, mengaku masih memotong anjing namun jumlahnya tak tentu setiap harinya. Saat banyak permintaan, misalnya pada momen Tahun Baru, rumah jagalnya bisa memotong sekitar 20 ekor.

Sd mengandalkan supplier anjing dari beberapa daerah seperti Sragen, Sukabumi, Karawang, dan Sidoarjo. “Biasanya supplier-nya telepon untuk tanya dulu, nanti dikirim depan gang,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya