SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><b>Solopos.com, KLATEN</b></span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><b>&mdash;</b></span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Sejumlah pengrajin<a href="http://soloraya.solopos.com/read/20170916/489/851982/festival-payung-indonesia-2017-parade-sepayung-indonesia-semarakkan-fpi-di-pura-mangkunegaran-solo" title="FESTIVAL PAYUNG INDONESIA 2017 : Parade Sepayung Indonesia Semarakkan FPI di Pura Mangkunegaran Solo"> payung</a> hias di Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Klaten, mengaku kesulitan mendapatkan rangka payung. Untuk mendapatkan rangka payung, pengrajin harus menunggu berbulan-bulan.</span></span></span></p><p><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Salah satu pengrajin payung, Suparno, 63, mengatakan pengerjaan pesanan payung untuk keperluan rias pengantin terpaksa mundur dari jadwal yang disepakati. Dari 300 payung yang dipesan, baru setengahnya yang jadi. Sisanya, ia masih menunggu suplai rangka dari pengrajin lain.</span></span></p><p><span><span style="color: #222222;">&ldquo;</span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Baru ada sekitar 150. Itu pun saya menunggu dua bulan untuk dapatnya,&rdquo; ujar dia, saat ditemui </span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"><i>Solopos.com</i></span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"> di rumahnya, Dukuh Gumantar, Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, </span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Klaten,</span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;"> Rabu (29/8/</span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">2018</span></span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">).</span></span></span></p><p><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Ia menuturkan satu set rangka berisi susun tiga dibeli seharga Rp25.000 dari pengrajin. Agar pesanan cepat jadi, ia membayar lunas seluruh pesanan itu di awal kepada pengrajin. Namun, sebelum pesanan jadi, ia memberikan lagi sejumlah uang kepada pengrajin rangka dengan harapan pengerjaan rangka mendapat prioritas dikerjakan. Sejumlah uang kembali diberikan kepada pengrajin rangka saat pesanan diambil. Sejumlah yang diberikan itu biasanya dipakai untuk pesanan-pesanan berikutnya.</span></span></p><p><span><span style="color: #222222;">&ldquo;</span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Jadi membayarnya bisa dua-tiga kali. Beruntung kalau tepat waktu, sudah begitu molor lagi,&rdquo; keluh Suparno.</span></span></span></p><p><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Hal senada juga disampaikan pengrajin lain, Anang Rodhiyanto, 37. Anang mengatakan kesulitan bahan baku rangka mengakibatkan pengerjaan pesanan terhambat. Ia pun terpaksa harus menunda pesanan ke sejumlah pelanggan lantaran tak ada bahan baku.</span></span></p><p><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Ia mengeluhkan selain <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180218/493/895636/unik-dan-langka-geologi-bayat-klaten-diteliti-lebih-dari-1-000-mahasiswa-dalam-setahun" title="Unik dan Langka, Geologi Bayat Klaten Diteliti Lebih dari 1.000 Mahasiswa dalam Setahun">langka</a>, pengerjaan rangka kerap molor dari jadwal yang disepakati. Tak jarang, rangka pesanan yang sudah jadi justru dijual ke pembeli lain dengan harga lebih tinggi. Otomatis, ia harus menunggu waktu lagi agar pesanannya jadi. &ldquo;Ya mau bagaimana lagi. Saya enggak bisa bikin rangka. Mau enggak mau harus menunggu,&rdquo; tutur dia.</span></span></span></p><p><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Sebagai solusinya, Anang berencana membuat sendiri rangka payung hias. Ia sedang menyiapkan sumber daya manusia agar dilatih membikin rangka payung. &ldquo;Jadi hubungannya bukan bawahan, tapi mitra. Dia bikin rangka, saya membeli. Jadi sama-sama untung. Yang penting pengerjaannya tepat waktu dan kualitasnya memenuhi standar,&rdquo; harap dia.</span></span></p><p><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Salah satu pengraji rangka payung hias, Amat Sutrisna, 61, mengatakan satu set rangka payung isi tiga ia jual seharga Rp20.000. Selama ini, ia rutin menyuplai rangka untuk dua pengrajin payung yakni di Gumantar sebanyak 100 set dan 30 set di Tlogoradu per bulan. Di luar pesanan itu, pengerjaannya mengikuti kemampuannya dan istrinya, Sugeng Rahayu, 61.</span></span></span></p><p><span><span style="color: #222222;">&ldquo;<span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Kalau pesan ke saya biasanya minta waktu sebulan dan toleransi 7-10 hari. Kalau enggak mau ya silakan cari yang lain,&rdquo; ujar Amat.</span></span></span></p><p><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Ia juga membenarkan soal pembayaran pesanan yang dilakukan hingga tiga kali. Pesanan biasanya dibayar lunas oleh pemesan. Di tengah-tengah pengerjaan, pemesan biasanya memberikan lagi sejumlah uang mulai Rp500.000 hingga Rp1 juta. Saat mengambil rangka, pemesan kembali memberikan uang lagi kepada Amat.</span></span></p><p><span><span style="color: #222222;">&ldquo;</span></span><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Biasanya akan bilang &rsquo;Nih, untuk kekuatan.&rsquo; biasanya begitu. Di sini, hal seperti itu biasa. Uang yang diberikan itu nanti dipakai untuk membayar pesanan berikutnya. Begitu seterusnya,&rdquo; beber Amat, dibenarkan oleh Sugeng Rahayu.</span></span></span></p><p><span><span style="color: #222222;"><span style="font-family: Slimbach Medium, serif;">Ia mengaku ada sejumlah kendala pemenuhan pesanan pelanggannya yakni kegiatan sosial seperti Agustusan, pernikahan, kematian, hingga gotong-royong bersih-bersih lingkungan. Tak hanya itu, pengrajin kesulitan mendapatkan bambu yang bagus untuk bahan rangka. <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20160807/493/743138/hut-ke-71-ri-harga-bambu-di-klaten-naik-100-persen" title="HUT KE-71 RI : Harga Bambu di Klaten Naik 100 Persen">Bambu</a> yang keras biasanya mudah patah saat dilengkungkan.</span></span></span></p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ekspedisi Mudik 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya