SOLOPOS.COM - Mugidance Studio, Pucangan, Kartasura (mugidancecommunity.blogspot.com)

Penari Mugiyono Kasido menggelar pesantren tari.

Solopos.com, SUKOHARJO — Pembelajaran model nyantrik sering diterapkan sejumlah penari zaman dulu untuk mendapatkan materi kepenarian secara utuh. Berkaca dari metode belajar tersebut, penari kontemporer asal Solo Mugiyono Kasido membuka kelas tari selama Ramadan dengan tema Pesantren Tari.

Promosi BI Rate Naik, BRI Tetap Optimistis Penyaluran Kredit Tumbuh Double Digit

Acara tersebut melibatkan para partisipan yang mereka namai santri. Pesantren Tari yang bertujuan memberikan bekal kepenarian kepada para partisipan ini dilaksanakan di area Studio Mugi Dance, Krapyak, Desa Pucangan, Kartasura, Sukoharjo, Sabtu– Minggu (3-4/6/2017).

Mugiyono, Senin (29/5/2017) mengatakan pesantren akan diisi dengan berbagai materi berdasarkan pengalaman tari yang pernah dilakoninya. Misalnya praktik gerak tari, cara tampil menarik di panggung, dan materi ketubuhan lain.

Menurut penari yang telah mementaskan karyanya di lima benua ini setiap orang memiliki karakter tubuh berbeda-beda. Sehingga dalam proses pembelajarannya nanti setiap peserta bakal dibimbing untuk mengenali potensi diri agar penampilannya memiliki karakter kuat.

Kegiatan nantinya dibagi dalam dua tahap yaitu menjelang buka puasa dan setelah Tarawih. Materi setiap tahapan workshop disesuaikan dengan kondisi fisik masing-masing partisipan yang mayoritas menjalankan ibadah puasa.

“Bagaimanapun disini banyak yang menjalankan ibadah puasa dan tidak semuanya mampu untuk mengikuti workshop dalam keadaan puasa, jadi disesuaikan. Karena workshop nanti akan dikonsep dalam format aktif. Peserta tidak hanya melihat, namun juga langsung mempraktikkannya secara individu. Peserta juga diberi kesempatan berdialog dan bertanya,” kata dia.

Selain Pesantren Tari, koreografer peraih rekor Muri untuk 36 jam menari nonstop ini sebelumnya juga sering menggelar workshop seni.  Salah satunya workshop dalam serangkaian acara pementasan Residensi Festival Asia di Fukuoka Jepang pertengahan Februari lalu, dan beberapa negara lain seperti Portugal, Hong Kong, Amerika Serikat maupun Inggris pada tahun sebelumnya.

Workshop di Jepang ditujukan kepada mahasiswa maupun masyarakat Fukuoka dalam dua kesempatan terpisah. Ia mengklaim antusiasme para penari maupun mahasiswa saat itu sangat tinggi. Mereka sangat disiplin mengikuti acara selama hampir tiga jam.

Selain mendapat kehormatan untuk mempresentasikan karya di hadapan pengunjung, pentas Mugi bertajuk Linkage dalam serangkaian acara Fukuoka Dance Fringe Festival 2017 waktu itu diganjar  Audience Award.

Penghargaan ini mereka peroleh berdasarkan apresiasi tertinggi yang diberikan penonton. Tak sendirian, pentas tersebut merupakan hasil kolaborasi Mugi dengan empat seniman Asia lainnya seperti  Thitipol Kanteewong (Thailand), Yuan Mor’o (Filipina), Shigemi Kitamura (Jepang), dan Yenny Arama (Indonesia).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya