Kabar Rantau
Jumat, 19 Agustus 2011 - 16:35 WIB

Ramadan di Yordania, berat tapi menyenangkan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - BERWISATA -- Abdul Rouf (kedua dari kiri) dan sejumlah rekannya menyempatkan diri berwisata ke sejumlah objek wisata sejarah di Yordania. (JIBI/SOLOPOS/Ist)

Menjalani ibadah puasa di wilayah dengan suhu 45º sebelumnya tidak pernah terbayangkan oleh Abdul Rouf. Ketika kondisi itu ia alami, Rouf mengaku sempat mengalami sariawan, bibir pecah-pecah hingga dehidrasi. Warga RT 02/RW XIX Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, ini memang tengah berada di Amman, Yordania sebagai mahasiswa penerima beasiswa dari Lembaga Al Iqtida Bi Akhlaqirrosul. Dia belajar di Universitas Jami’ah Al ‘Ulum Al Islamiyyah atau WISE University Yordania. Ia baru beberapa hari tiba di Yordania tepatnya 23 Juli lalu.

BERWISATA -- Abdul Rouf (kedua dari kiri) dan sejumlah rekannya menyempatkan diri berwisata ke sejumlah objek wisata sejarah di Yordania. (JIBI/SOLOPOS/Ist)

Advertisement
Rouf mengatakan suasana Ramadan di Amman tidak semeriah di Indonesia. Namun, semangat menghargai bulan Ramadan yang dilakukan umat muslim maupun nonmuslim di sana cukup tinggi. Tidak ada orang yang merokok dan makan seenaknya, begitu juga dengan warung makan yang tidak boleh buka seenaknya karena jika melanggar izin usahanya dicabut. Ketika waktu berbuka puasa pun, toko dan warung makan hingga mal besar tutup sehingga jalan-jalan terlihat sepi. Aktivitas pertokoan baru buka kembali seusai salat Tarawih hingga pukul 02.00-03.00 dini hari waktu setempat.

Jadwal berpuasa di Yordania dimulai ketika azan pertama pukul 04.03 atau yang di Indonesia berarti Imsyak. Waktu berbuka puasa atau Magrib pukul 19.39, sementara Isya pukul 21.07 sehingga salat Tarawih biasanya selesai sekitar pukul 22.30. Di sana, katanya, ada dua azan pagi, azan pertama untuk memperingatkan sudah dekat dengan Subuh, azan keduanya baru waktu salat Subuh pukul 04.18.

“Kendala berpuasa di sini tidak ada. Hanya di awal sempat dehidrasi karena belum terbiasa dengan cuaca yang sangat panas. Suasana ibadah di sini sangat mendukung karena orang yang ke masjid sangat dihargai, masjid di sini juga hampir semuanya ber-AC,” tuturnya kepada Espos via Facebook, Jumat (12/8/2011).

Advertisement

Seperti di Indonesia, kaum muslim Yordania juga memiliki tradisi Ramadan. Kabilah Attamimy di Kota Amman kerap saling mengundang antarkabilah berbuka puasa bersama termasuk dengan orang-orang yang baru mereka kenal. Meski kaum muslim di sana tidak mudah percaya kepada orang baru namun mereka sangat mengapresiasi orang yang suka pergi ke masjid, mengikuti taklim hingga melihat orang yang bacaan Alqurannya bagus.

Menurutnya, secara umum orang Yordania sangat merendahkan orang Indonesia karena yang mereka tahu orang Indonesia semuanya TKI atau pembantu lantaran begitu banyaknya warga Indonesia yang menjadi TKI di sana. Karena itu, ketika ada orang Indonesia yang bisa melebihi mereka dalam hal apa pun seperti bacaan dan hafalan Alquran, kepatuhan ke masjid hingga mahir berbahasa Arab dan Inggris yang benar mereka berubah jadi sangat menghargai.

Rouf yang terbiasa menghabiskan waktu di masjid dan bersosialisasi kerap mendapatkan undangan dari para kabilah dan berkesempatan makan mansof, makanan berupa nasi bersantan dan dicampur potongan daging kambing lalu dimakan dengan campuran susu yang sudah difermentasi sejenis yougurt tapi masih encer dan panas. “Enggak terbayang kan rasanya? Tapi itu harus kami makan karena orang di sini kalau sudah mengundang berarti menganggap kita saudara, makanya pantang ditolak,” katanya.

Advertisement

Karena tradisi itu, hingga hari ke sebelas puasa ia mengaku tidak pernah makan di rumah dengan biaya sendiri karena selalu saja ada yang memberi baik berupa uang, makanan hingga Sembako. Tidak seperti kebiasaan yang sering terjadi di Indonesia yang setiap Ramadan harga Sembako naik, di Yordania tidak ada tren seperti itu.

Meskipun umat Islam di sana mayoritas, namun selama Ramadan tidak ada tradisi seperti i’tikaf di masjid. Sebab, semua masjid di sana berada di bawah pengelolaan pemerintah dan tidak ada program i’tikaf, orang yang boleh berkumpul-kumpul dan taklim di masjid juga hanya orang yang sudah ditunjuk pemerintah, begitu pula yang boleh khotbah Jumat.

“Takmir masjid di Yordania minimal sudah bergelar doktor, jadi tidak main-main. Karena itu, orang yang baru S1 ya dianggapnya belum apa-apa. Untuk kegiatan Ramadan ini, pihak KBRI di Yordania juga mengadakan buka puasa bersama setiap hari Kamis,” katanya.

Lutfiyah

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif