SOLOPOS.COM - Ilustrasi Ramadan (Freepik)

 

Solopos.com--Sejak wabah Corona Virus Disease-19 atau Covid-19 meluas yang disusul penutupan sebagian masjid, perdebatan di kalangan umat Islam turut mewabah.  Menjelang Ramadan, perdebatan semakin seru dan meluas ”menjangkiti” banyak orang. Salat Tarawih, tadarus, buka bersama, sampai masalah zakat fitrah dan Salat Idulfitri menjadi bahan perdebatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Muhsin Al-Jufri
Muhsin Al-Jufri

Pada intinya pendapat terbagi menjadi tiga kelompok besar. Pertama, tetap diadakan seperti biasa. Kedua, ditiadakan atau masjid ditutup. Ketiga, diadakan tetapi dengan beberapa aturan baru, seperti tanpa sajadah, masjid menyediakan hand sanitizer, saf salat berjarak, dan lain lain.

Masing-masing berpendapat yang paling benar. Mereka juga menyampaikan argumentasi dan sebagian dengan mengutip dalil. Pada dasarnya untuk menyelesaikan perbedaan ini mudah, yaitu dengan mengembalikan permasalahan kepada ahlinya.

Ekspedisi Mudik 2024

Covid-19 adalah penyakit yang disebabkan virus. Orang yang mengetahui mengenai seluk-beluk virus adalah para dokter. Urusan apa gejalanya, bagaimana penyebarannya, apa yang perlu dihindari, dan lain-lain paling tepat tepat bertanya kepada mereka, bukan kepada ustaz.

Saran merekalah yang seharusnya dijadikan rujukan utama para ustaz dan takmir masjid dalam mengambil keputusan. Mengenai bagaimana hukum tidak melaksanakan Salat Jumat jangan bertanya kepada dokter, tetapi silakan bertanya kepada para ustaz.

Rujukan Hadis

Bukan masalah tidak tawakal, atau takut mati, yang kita alami adalah wabah yang sangat mudah menular. Kenyataan di banyak negara cukuplah menjadi bukti dan pelajaran bahwa tempat ibadah termasuk termasuk urutan teratas dalam penularan Covid-19.

Hadis Nabi Muhammad SAW mengenai wabah juga wajib kita jadikan rujukan utama. Pada intinya beliau melarang seseorang yang berada di wilayah wabah untuk keluar dan yang di luar wilayah wabah dilarang masuk.

Penularan Covid-19 dengan interaksi antarsesama, maka anjuran untuk menghindari interaksi atau di rumah saja pada dasarnya sama dengan anjuran Nabi Muhamamd SAW.

Walakin, mungkin masing-masing orang memiliki pendapat dan penafsiran yang berbeda. Yang perlu diingat adalah ”kesalahan” dalam mengambil sikap bukan hanya akan berakibat bagi pelaku, tetapi juga bagi umat secara umum.

Khusus bagi yang beranggapan tidak ada masalah dengan Covid-19, disarankan untuk menjadi sukarelawan membantu aparat medis di rumah sakit, termasuk memandikan dan menguburkan pasien Covid-19 yang meninggal dunia.

Mau memakai alat pelindung diri boleh, ”tawakal” tanpa alat pelindung diri juga silakan. Selain melaksanakan fardhu kifayah, masalah tersebut sangat terkait dengan banyak orang.

Tak seorang pun dari kita menyangka akan memasuki bulan suci dalam kondisi seperti saat ini. Semarak Ramadan pasti akan berkurang. Masjid, taman pendidikan Al-Qur’an, tadarus, tarawih, dan lain-lain takkan seramai biasanya, bahkan mungkin sebagian pengurus masjid akan mengikuti anjuran para dokter dan pemerintah untuk meliburkan seluruh kegiatan.

Ikhtiar

Walau demikian, insya Allah nilai puasa seseorang tidak akan berkurang. Ikhtiar untuk menghindari wabah, mengikuti anjuran para dokter dan pemerintah, juga termasuk perintah agama. Kekurangan peribadatan di masjid dapat dikejar dengan berbagai amal kebajikan lain di rumah masing-masing.

Yang tak kalah besar pahalanya dan sangat tepat untuk dilakukan untuk menjawab kondisi sekarang ini adalah dengan memperbanyak sedekah, berbagai kepada sesama. Selain itu, tentu saja dengan banyak di rumah.

Insya Allah itu lebih ”aman” dalam menjaga kualitas puasa kita. Sahabat Abu Darba’ berkata,”Sebaik-baik biara seorang muslim adalah rumahnya. Dengan itu ia bisa menahan lidah, kemaluan, dan pandangan matanya.”

Salat Tarawih bersama keluarga juga akan memiliki nilai tersendiri. Bila sang imam merasa hanya hafal tiga surat, inilah kesempatan untuk menambah hafalan surat-surat pendek.

Bukan berarti membuka aib orang tua, tetapi masak kalah dengan anak-cucu? Bila biasanya iktikaf dilaksanakan 10 hari terakhir, pada Ramadan kali ini kita bisa iktikaf sebulan di rumah. Dengan banyak beribadah dan berdoa, insya Allah wabah segera sirna.

Muhsin Al-Jufri
Mubalig dan salah seorang
pemrakarsa Forum Silaturahmi
Minggu Legi (Fosmil) di Solo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya