SOLOPOS.COM - Pasar takjil Ramadan digelar perdana di Alun-Alun Wates, Senin (6/6/2016). (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Ramadan 216 di Kulonprogo dimeriahkan dengan pasar takjil di Alun-alun Wates

Harianjogja.com, KULONPROGO- Rata-rata pendapatan dari berjualan di Pasar Ramadan yang digelar Pemkab Kulonprogo dinilai kurang memuaskan pada pekan pertama. Sejumlah pedagang kemudian mempertimbangkan untuk mundur perlahan.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Pasar Ramadan dibuka sejak Senin (6/6/2016) pekan lalu. Puluhan pedagang dikumpulkan untuk menjual aneka hidangan berbuka puasa selama sebulan penuh di Alun-alun Wates. Namun, sepekan berlalu, penghasilan yang didapat ternyata relatif lebih rendah dibanding berjualan sendiri dengan cara masing.

Ekspedisi Mudik 2024

Hal itu salah satunya diungkapkan seorang pedagang es cendol, Pahmanto. Saat Ramadan, dia bisa menjual rata-rata 100 bungkus es cendol per hari. Namun, kali ini dia hanya menjual paling banyak 50 bungkus per hari. Meski begitu, waktu sepekan dianggap belum cukup untuk dijadikan landasan menentukan keuntungan dan kerugian usaha. “Ini batu lima hari jadi belum bisa dibandingkan. Kalau sementara ini, masih suka yang [jualan] keliling,” kata Pahmanto, Jumat (10/6/2016) lalu.

Pahmanto diminta Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Energi Sumber Daya Mineral (PerindagESDM) Kabupaten Kulonprogo untuk mengisi lapak Pasar Ramadan hingga bulan puasa berakhir. Namun, dia yakin bisa memenuhi target itu jika grafik pendapatannya tidak menunjukkan kenaikan signifikan.

Bagaimanapun dia ingin dagangannya laku banyak agar bisa berlebaran dengan nyaman bersama keluarga. Kendati begitu, dia juga tidak ingin gegabah dengan langsung meninggalkan fasilitas yang diberikan padanya. “Saya diminta di sini sebulan penuh tapi saya juga mau lihat situasi,” ungkap pria 57 tahun itu.

Kondisi serupa juga disampaikan Anika, pedagang aneka masakan sayur dan lauk. Menurutnya, masyarakat Kulonprogo cenderung belum terlalu suka jajan. Upaya promosi oleh pihak penyelenggara juga dinilai tidak maksimal sehingga jumlah pengunjung tidak sebanyak yang dibayangkan. Pembeli takjil paling ramai berdatangan saat jam pulang kantor dan menjelang waktu berbuka. Namun, kondisi itu seakan hanya berlaku pada awal kegiatan saja.

Warga Dusun Jombokan, Desa Tawangsari, Kecamatan Pengasih itu mengaku bisa mendapatkan Rp500.000 pada hari pertama dan Rp700.000 pada hari kedua. Hanya saja, angka itu justru berkurang pada hari-hari selanjutnya, yaitu rata-rata Rp400.000. “Dengar-dengar banyak yang mundur tapi saya juga kurang tahu,” ujar Anika.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya