SOLOPOS.COM - Pasar takjil Ramadan digelar perdana di Alun-Alun Wates, Senin (6/6/2016). (Sekar Langit Nariswari/JIBI/Harian Jogja)

Ramadan 2016 dimeriahkan dengan pasar takjil ramadan di Alun-alun Wates

Harianjogja.com, KULONPROGO-Pedagang kuliner yang tersebar di berbagai sudut Alun-Alun Wates membuat kunjungan masyarakat terpecah. Para pedagang ini pun berjualan dengan perlakuan yang berbeda-beda.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pelaksanaan pasar takjil Ramadan di Alun-Alun Wates sudah berlangsung hampir sepekan. Sayangnya, kegiatan yang diharapkan menjadi ikon tahunan Alun-Alun Wates ini tak memberi ruang yang sama pada semua pedagang. Sejumlah pedagang membuka lapaknya terpecah-pecah di berbagai sudut dengan kondisi yang berbeda-beda.

Di sudut utara Alun-Alun, sekitar 60 pedagang berjualan dengan fasilitas tenda yang lengkap dari Pemkab Kulonprogo tanpa dipungut biaya. Padahal, berdasarkan pesan SMS yang beredar sebelumnya, pedagang yang berada di sisi barat berjualan dengan kewajiban untuk membayar biaya kepemilikan lapak sebesar Rp7juta kepada pihak yang tak diketahui.

Sementara itu, sejumlah pedagang kaki lima (PKL) yang biasa membuka daganganya di sisi timur dan selatan juga masih terus berjualan. Bagian utara kini juga dipenuhi oleh sejumlah pedagang takjil dadakan yang baru muncul selama Ramadan ini.

Hal ini membuat kunjungan masyarakat terpecah-pecah karena pedagang yang letaknya tak terkonsentrasi. Niken Probo Laras, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan ESDM Kulonprogo mengtakan bahwa PKL yang membuka lapaknya secara sporadis tersebut memang di luar sepengetahuan pihaknya.

“Kami tidak tahu, mereka [pedagang dadakan di sisi utara dan barat] di luar pendataan kami,” jelasnya, Minggu (12/6/2016).

Jika sebelumnya keberadaan pedagang tersebut diketahui, Niken mengatakan bahwa pedagang tersebut juga akan diikutsertakan dalam pasar takjil Ramadhan Pemkab Kulonprogo. Terlebih lagi, dalam pasar tersebut telah disediakan tenda dan fasilitasnya tanpa dipungut biaya sepeser pun.

Niken menjelaskan bahwa kemunculan pedagang di Bulan Ramdhan memang tidak bisa diprediksi. Pemkab Kulonprogo sendiri sebenarnya meniatkan untuk membuat pasar takjil yang terpusat dengan mengkoordinir pedagang yang sebelumnya rutin berjualan di Bulan Ramadhan. Karena itu, ia mengaku tak tahu menahu mengenai pedagang takjil dadakan yang muncul di lokasi-lokasi lainnya.

Menindaklanjuti kondisi saat ini, Pemkab Kulonprogo akan berusaha menyatukan semua pedagang untuk berada di satu lokasi yang terpusat. Jika lokasinya memungkinkan dan pedagang tersebut bersedia maka akan segera disatukan dalam waktu dekat. Namun, hal ini masih menunggu perkembangan dan keinginan pedagang selama beberapa waktu ke depan.

Niken juga mengaku tak tahu menahu mengenai pedagang di sisi utara yang harus membayar sejumlah dana kepada pihak tertentu untuk membuka lapak di sana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya