SOLOPOS.COM - Ilustrasi uang kertas rupiah (Rachman/JIBI/Bisnis)

Faktor pemicunya karena saat ini masyarakat sedang membutuhkan pecahan kecil yang baru untuk keperluan Lebaran.

Harianjogja.com, JOGJA-Perputaran uang di DIY didominasi oleh kebutuhan uang nominal kecil dari masyarakat. Jumlah pecahan uang kecil yakni Rp20.000 ke bawah yang masuk lebih kecil daripada jumlah uang pecahan kecil yang keluar dari Bank Indonesia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Satu faktor pemicunya karena saat ini masyarakat sedang membutuhkan pecahan kecil yang baru untuk keperluan Lebaran. Sebaliknya, arus uang masuk ke Bank Indonesia didominasi nominal besar Rp100.000 dan Rp50.000.

Data dari Bank Indonesia menunjukkan uang pecahan Rp100.000 yang disetor perbankan di DIY sebesar Rp307 miliar hingga 15 Juni 2016, sedangkan pecahan Rp50.000 sebesar Rp267 miliar. Total ada setoran dari perbankan ke BI untuk dua pecahan uang tersebut sebesar Rp574 miliar. Setiap bulan, arus uang yang masuk ke BI untuk dua pecahan itu setiap bulannya rata-rata Rp500 miliar hingga Rp600 miliar.

Arus masuk yang pecahan kecil justru turun karena ada kebutuhan dari masyarakat. Deputi Kepala Kantor Pewakilan Wilayah (KPw) Bank Indonesia (BI) DIY Hilman Tisnawan mengatakan, misalnya saja uang pecahan kecil Rp10.000, jumlah yang masuk ke BI hanya Rp3,8 miliar. Untuk pecahan kecil yang masuk ke BI didominasi uang-uang yang lusuh dan tidak bisa diedarkan lagi.

“Kalau rata-rata yang masuk per bulan Rp10 miliar. Itu untuk pecahan Rp10.000 saja. Artinya, sekitar Rp7 miliar masih beredar di masyarakat. Pola yang sama terjadi untuk pecahan uang lainnya,” ungkap dia kepada Harian Jogja di KPW BI DIY, Jogja, Kamis (16/6/2016).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya