SOLOPOS.COM - Abdi dalem Kasunanan Surakarta Hadiningrat membawa lentera saat perayaan malam selikuran di halaman Mesjid Agung Solo, Minggu (28/7/2013) malam. (ilustrasi/Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Abdi dalem Kasunanan Surakarta Hadiningrat membawa lentera saat perayaan malam selikuran di halaman Mesjid Agung Solo, Minggu (28/7/2013) malam. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Abdi dalem Kasunanan Surakarta Hadiningrat membawa lentera saat perayaan malam selikuran di halaman Mesjid Agung Solo, Minggu (28/7/2013) malam. (Sunaryo Haryo Bayu/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Minggu (28/7/2013) malam, menyelenggarakan upacara adat Malem Selikuran yang digelar rutin setiap tahun, pada 21 Ramadan. Dalam kesempatan itu penguasa Kasunanan Surakarta membawa 1.000 tumpeng dari dalam Keraton Solo untuk dibagikan di Masjid Agung Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tumpeng dibawa rombongan yang terdiri atas tamtama santiswaran yang dalam kesempatan itu diperankan santri dari Purwodadi, tamtama musik, sentana dan perwakilan Pakasa dari daerah tersebut. Tumpeng-tumpeng tersebut dibawa dengan menggunakan acak cantuka berjumlah 40.

Menurut Wakil Pengageng Sasana Wilapa, K.P. Winarno Kusumo, masing-masing acak cantuka terdiri atas 25 tumpeng. ”1.000 tumpeng tersebut menggambarkan malam seribu bulan,” papar laki-laki yang akrab disapa Mas Win ini kepada wartawan.

Peserta kirab yang dimulai dari Kori Kamandungan menuju Baluwarti dan berakhir di Masjid Agung tersebut juga membawa lampu ting, lampion dan aksesori berbentuk bintang. Sementara itu, terdapat pula satu tumpeng besar yang digunakan sebagai simbol untuk didoakan.

Tumpeng tersebut diserahkan oleh pimpinan rombongan kirab K.P.H. Brotodiningrat kepada Taksir Anom K.R.T. Muhtarom. Setelah didoakan, tumpeng pun dibagikan kepada masyarakat yang datang dalam acara Malem Selikuran itu.

Warga yang hadir dalam kesempatan itu umumnya adalah jelaah Salat Tarawih. Endang Susilowati, 41, salah seorang di antara mereka langsung mencari tempat duduk paling depan di serambi Masjid Agung Solo begitu salat witir menutup rangkaian ibadah Tawariw. Bersama putrinya, Endang menunggu kedatangan rombongan iring-iringan pembawa tumpeng dari Keraton Solo. ”Setiap Malem Selikuran saya pasti datang,” ungkap Siti saat ditemui Solopos.com.

Warga Sangkrah RT 001/RW 010 Pasar Kliwon ini menuturkan dia sengaja memilih barisan paling depan. Hal tersebut ia lakukan supaya bisa mendapat pembagian tumpeng yang dikirab mengelilingi tembok Keraton.

Dia mengungkapkan berdasarkan pengalaman mengikuti Malem Selikuran untuk pengunjung di barisan depan akan mendapat pembagian tumpeng. Sedangkan pengunjung di bagian belakang biasanya harus berebut untuk mendapatkan tumpeng. ”Jadi saya pilih antre di bagian depan supaya kebagian [tumpeng] dan tidak perlu rebutan,” ujarnya.

Pengunjung yang lain, Siti, 47, juga menuturkan tidak ada alasan khusus mengikuti acara Malem Selikuran. Dia menyampaikan biasanya Salat Tarawih di tempat yang berbeda. Namun karena sebelumnya sudah ada pengumuman acara Malem Selikuran maka dia pun memilih Tarawih di Masjid Agung. ”Saya baru kali ini datang ke acara Malem Selikiran jadi penasaran dan ingin datang,” akunya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya