SOLOPOS.COM - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) memeriksa barisan saat apel pasukan pada Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerindra di Nusantara Polo Club, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (20/9/2014). Dalam KLB yang dihadiri ribuan kader dan anggota DPR, DPRD propinsi, DPRD Kota dan Kabupaten se-Indonesia tersebut terpilih secara aklamasi Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Partai Gerindra menggantikan Suhardi yang meninggal dunia. (JIBI/Solopos/Antara/Jafkhairi)

Solopos.com, JAKARTA — Dalam waktu yang hampir bersamaan PDIP dan Partai Gerindra memiliki ketua umum baru tetapi sebenarnya merupakan muka lama, bahkan tokoh sentral kedua partai itu.

PDIP menetapkan Megawati Soekarnoputri kembali menjabat ketua umum partai periode 2015-2020 dalam Rakernas IV PDIP di Semarang. Sedangkan Partai Gerindra menunjuk Prabowo Subianto menjadi ketua umum menggantikan Suhardi yang meninggal dunia karena kanker paru-paru 28 Agustus lalu.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengatakan partai politik sebenarnya bukan tidak punya generasi baru yang bisa menduduki pucuk pimpinan organisasi. Namun karakter feodal masih membuat muka lama menguasai struktur partai.

Menurutnya, hal ini tidak hanya terjadi di PDIP dan Partai Gerindra, namun juga parpol lain. “Semua partai sifatnya feodal, top down, karakternya lebih mirip fans club, ini penyakit demokrasi kita, di level partai tidak menuju sifat demokratis, oligarki dengan menempatkan orang lama, ” katanya saat dihubungi Bisnis/JIBI, Minggu (21/9/2014).

Sosok Megawati sangat jelas sebagai keturunan Soekarno perannya sangat besar terhadap partai. Begitu juga dengan Gerindra, Prabowo sebagai pemilik sekaligus pendiri partai memiliki kekuatan luar biasa dalam organisasi.

Contoh lain bisa dilihat di tubuh PAN meskipun terjadi pergantian pemimpin. Sebagai pendiri PAN, Amien Rais berperan dalam mengambil keputusan. Di Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menjadi ketua dewan pembina yang juga merangkap ketua umum. “Luar biasa kekuatannya,” jelasnya.

Karakter memilih ketua partai berdasarkan ketokohan, pemilik partai, capres, dan sebagainya, di sisi lain juga dinikmati oleh kader partai. Yunarto Wijaya menilai ini sebuah keturunan tradisi parpol yang tidak bergerak ke mana-mana pasca reformasi termasuk kejadian pemilihan ketum partai dalam beberapa hari ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya