SOLOPOS.COM - Meme kisah Endang Irawan di laman Go-Jek. (Istimewa/driver.go-jek.com)

Meski tak meminta sumbangan, Ponpes yang dikelola Endang sering mendapat donasi dari penumpangnya.

Solopos.com, BOGOR — Dari bekerja sebagai driver ojek online, Endang Irawan mampu mengembangkan pondok pesantren (Ponpes) Tahfizul Quran Nurul Iman di Bogor, Jawa Barat. Kisah inspiratif Endang diceritakan di laman profil driver Go-Jek.com.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dari foto meme yang dikutip Solopos.com dari laman resmi Go-Jek, Sabtu (11/3/2017), dikisahkan nasib Endang Irawan berubah setelah menjadi driver ojek online sejak 2015 silam. Endang mengaku alasannya bergabung dengan salah satu perusahaan jasa transportasi berbasis online tersebut memang untuk mencari penghasilan lebih agar dapat menghidupi santri di pesantren yang dibinanya.

Ekspedisi Mudik 2024

Dikutip dari laman Sindonews, Sabtu (11/3/2017), sebelum menjadi pengemudi ojek online ia hanya memiliki penghasilan Rp800.000 per bulan. Penghasilan tersebut ia gunakan untuk membeli beras dan makanan untuk anak asuhnya.

Sejak booming ojek online beberapa tahun silam, Endang mencoba mendaftar sebagai pengemudi dan akhirnya diterima. Sejak saat itu hidupnya berubah. Berkat kerja kerasnya menjadi driver, kini ia mampu mengembangkan pondok pesantren.

Endang bercerita, setiap mengantarkan penumpang ia selalu menceritakan kondisi pesantren yang ia kelola. Cerita itu ia sampaikan untuk mengisi waktu perjalanan bersama penumpang. Berkat cerita itu, banyak penumpang yang memberikan uang lebih untuk didonasikan ke ponpes tersebut melalui Endang.

“Meskipun tidak semua memberikan sumbangan, tapi banyak yang ikut mendoakan. Saya yakin kekuatan dengan doa itu,” ujar laki-laki itu, Rabu (1/3/2017).

Ia memiliki kesan mendalam kepada salah satu mantan penumpangnya. Suatu ketika ia menerima order dari seorang anggota kepolisian. Mendengar kisah Endang dan ponpesnya, sang polisi kemudian memberikan donasi sebesar Rp350.000 dan donasi tersebut terus diberikan selama satu tahun terakhir. “Bahkan namanya pun tidak tahu, cuma tahu dia anggota di Polda Metro Jaya,” kata Endang.

Namun saat perayaan Idul Adha 1437 H, September 2016 lalu ia sempat mengirim empat ekor kambing untuk kurban pesantrennya.

Saat ini, ponpes Tahfizul Quran Nurul Iman memiliki 120 santri dengan rentan usia 9 hingga 20 tahun. Ponpes tersebut telah melahirkan sebelas penghafal Al-Qur’an. “Enam orang yang masih ada di pesantren, karena aturannya mereka harus membantu santri lain selama tiga bulan, baru bisa dapat ijazah,” kata Endang.

(Verlandy Donny Fermansah/JIBI/Solopos.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya