SOLOPOS.COM - Raja Saudi, Salman bin Abdulaziz Al Saud (Reuters)

Rombongan Raja Salman dari Arab Saudi kemungkinan menawarkan saham Aramco ke China, bukan ke Indonesia.

Solopos.com, JAKARTA — Kunjungan Raja Salman dari Arab Saudi dilakukan di tengah santernya upaya negara itu menawarkan saham perusahaan migas mereka, Saudi Aramco. Namun, di Indonesia, mereka diperkirakan untuk melebarkan investasi non migas, bukan menawarkan saham.

Promosi Wealth Management BRI Prioritas Raih Penghargaan Asia Trailblazer Awards 2024

Ekonom INDEF, Ahmad Heri Firdaus, mengatakan fokus utama Arab Saudi dalam kunjungannya ke Indonesia adalah untuk menjalin kerja sama sektor non-migas. Hal itu didasarkan pada kebijakan Kerajaan Arab Saudi yang berusaha melepaskan ketergantungan pendapatan nasional dari ekspor minyak dalam Visi 2030.

Namun demikian, menurut Firdaus, tidak menutup kemungkinan bila Arab Saudi akan tetap menawarkan kerjasama di sektor migas ke Indonesia. Dia mengatakan, negara pemimpin OPEC tersebut cenderung akan memantau karakter investor Indonesia dalam sejumlah pertemuan bisnis di Tanah Air selama 1-4 Maret mendatang, sebelum menawarkan rencana IPO Saudi Aramco.

Khusus untuk Indonesia, menurutnya, Negeri Petro Dolar justru akan menyasar perusahaan BUMN yakni Pertamina sebagai target pembeli saham Saudi Aramco. “Saya rasa kecil kemungkinan untuk tawarkan ke investor swasta. Merka mungkin akan tawarkan ke Pemerintah Indonesia dulu, untuk nanti diarahkan ke Pertamina, yang memiliki bisnis hampir serupa dengan Aramco,” katanya.

Sementara itu, ekonom PT Bank Permata Tbk. Josua Pardede melihat misi utama Arab Saudi dalam kunjungan ke Asia adalah memperkuat pasarnya di kawasan tersebut. Pasalnya, Asia adalah konsumen terbesar produk minyaknya. Selain itu, dia justru memperkirakan kerja sama sektor non-migas sebagai fokus utama diskusi bilateral kedua negara.

“Arab Saudi sangat selected untuk tawarkan saham di Aramco. Kunjungan ke Asia ini, selain ke Indonesia kan juga akan menuju ke Jepang dan China. Jadi saya pikir investor China atau Jepang yang jadi sasaran utamanya,” ujarnya.

Terpisah, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Roslan P Roeslani memandang peluang untuk penawaran rencana aksi korporasi Saudi Aramco tersebut sangat tipis. Menurutnya, Indonesia justru akan lebih banyak berusaha menarik dana dalam bentuk investasi dari pengusaha Arab Saudi.

“Sangat kecil kemungkinannya. Justru kita dalam business meeting tanggal 2 Maret akan lebih banyak berusaha menarik investasi dari mereka. Utamanya sektor non-migas seperti pariwisata, infrastruktur kilang minyak atau handycraft,” katanya.

Pemerintah Arab Saudi berencana menjual 5% kepemilikan saham dari Saudi Aramco pada 2018. Dalam hal ini, mereka menargetkan aksi korporasi tersebut pada semester II/2018. Aksi penawaran umum perdana (IPO), tersebut rencananya akan menggunakan skema dual listing.

Dengan nilai kapitalisasi perusahaan yang mencapai US$2 triliun, penjualan 5% saham perusahaan akan membuat perusahaan yang berbasis di Dhahran ini akan meraup dana US$100 miliar. Apabila tercapai, jumlah itu akan menjadi rekor tersendiri dalam aksi korporasi dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya