SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Rokok/Reuters

Foto Ilustrasi Rokok/Reuters

Untuk menjadi wakil rakyat dibutuhkan modal besar. Modal itu bisa hangus ketika kursi gagal didapat. Karenanya banyak caleg kemudian menempuh jalan pintas untuk mewujudkan keinginannya itu.

Promosi Pembunuhan Satu Keluarga, Kisah Dante dan Indikasi Psikopat

Sebuah rumah di daerah Glagah, Kulonprogo sering didatangi orang. Bahkan mereka yang memiliki kedudukan penting di pemerintahan kerap mendatangi rumah yang berada di daerah pelosok tersebut.

Di rumah kecil yang jauh dari permukiman itu sering tercium aroma dupa menyengat hidung. Tak hanya itu, sejumlah ritual diminta dijalankan oleh pemilik rumah kepada tamu yang datang.

Ekspedisi Mudik 2024

Penghuni rumah itu memang selama ini dianggap “orang pintar” yang bisa memuluskan keinginan tamu. Hanya, sejumlah prasyarat harus dijalani agar keinginan terwujud. Untuk bertemu orang itu, para tamu hanya bermodal empat bungkus rokok gudang merah.

Seorang anggota DPRD Kabupaten Bantul yang enggan disebut namanya menceritakan dirinya pernah mendatangi orang itu ketika hendak maju pertama kalinya menjadi anggota DPRD pada 2004. Setahun sebelumnya, seorang temannya yang mengetahui niatannya untuk maju, berulangkali menawarkan jasa padanya untuk mengantarkan ke orang pintar, supaya tujuannya menjadi wakil rakyat tercapai.

Gatal telinganya berulangkali mendapatkan rayuan itu, ia kemudian memutuskan untuk mencoba peruntungan. Berboncengan dengan menggunakan sepeda motor pada malam hari, ia bersama temannya menyusuri jalan gelap Jogja-Kulonprogo. Dia sengaja membawa rokok karena cukup mengetahui dunia semacam itu.

Semasa mudanya, wakil rakyat itu pernah mencoba ke sana kemari untuk mendapatkan ilmu kekebalan. Ilmu itu digunakannya untuk menantang orang berkelahi. Sehingga sekalipun tubuh terkena sabetan parang, tak sedikipun kulit tergores.

Masuk ke dalam rumah milik “orang pintar” itu, ia lalu diminta untuk menjalankan puasa Senin sampai Kamis agar pencalonannya berhasil. Namun ditolaknya. Lantaran, selama ini, ia tak biasa menjalankan puasa.

Orang pintar itu lalu menawarnya dengan puasa mutih atau tidak makan nasi. Tawarannya itu juga kembali ditolaknya karena masih berkaitan dengan puasa.
Setelahnya, “orang pintar” itu memintanya untuk mandi berendam atau kungkum di sebuah tempuran sungai. Tapi lagi-lagi, dia mengaku tidak menyanggupinya. Tawaran demi tawaran terus ditolaknya.

Sampai tawaran terakhir, “orang pintar’ itu memintanya untuk melafalkan semacam mantra yang harus dibacakan setiap Jumat malam Kliwon pukul 00.00 WIB. “Orang pintar” itu juga memintanya untuk memasukan mantra itu ke dalam kantong saku.

“Saya menolak lagi karena bahasanya tidak saya kenal,” katanya kepada Harian Jogja, Sabtu (20/4).

Pertemuan dengan “orang pintar” itu kemudian berakhir dengan tangan kosong. Ia akhirnya pulang. Ia mengaku sudah takut dengan hal-hal yang seperti itu. Sekarang ia hanya mempercayai agama yang dianutnya. Pencalonannya juga tak pernah kandas. Sudah dua kali periode ini, ia menjabat sebagai anggota Dewan. “Pada 2014, saya juga mencalonkan lagi,” katanya.

Namun menurutnya praktik semacam itu wajar. Sebab di Jogja, kepercayaan kejawen masih kental. Sebagian masyarakat masih menganut kepercayaan itu. ”Jadi tak perlu heran, biasa-biasa saja di kalangan pejabat. Bahkan lurah yang mau pemilihan juga pergi ke sana,” tuturnya.

Pada musim pemilu, katanya, tak sedikit calon anggota legislatif yang menggunakan jasa “orang pintar”. Meski banyak yang menyembunyikan kegiatan itu, tak sulit untuk menemui keanehan-keanehan penggunaan paranormal demi sukses di pemilu. Pada periode lalu, ia sempat memergoki berceceran beras kuning di depan pintu gerbang Dewan Bantul.

“Beras kuning biasanya juga digunakan sebagai bagian ritual untuk meraih kesuksesan,” katanya.

Terpisah, Rifki Listianto, anggota DPRD Kota Jogja mengaku tak menggunakan cara-cara seperti itu. Hanya ia tak heran dengan praktik semacam itu. Mereka yang masih percaya pada kepercayaan kejawen biasanya akan melakukan hal semacam itu untuk memenangkan kursi. Mereka biasanya tak mengaku ketika masa kampanye, namun akan berkoar- koar ketika sudah berhasil duduk di kursi Dewan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya