SOLOPOS.COM - Papan struktur organisasi Paguyuban Astana Gunung Giri yang terpasang di area astana setempat di Kabupaten Wonogiri. Foto diambil, Senin (29/8/2022). (Solopos.com/Luthfi Shobri M.)

Solopos.com, WONOGIRI — Para pencinta budaya di Wonogiri dan berbagai daerah di Soloraya membentuk paguyuban di Pertapaan Sendang Siwani dan Astana Gunung Giri. Upaya itu sebagai bentuk turut serta melestarikan tempat yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi.

Paguyuban Sendang Siwani dibentuk sekitar tiga tahun lalu. Sedangkan, Paguyuban Astana Gunung Giri dibentuk 4-5 tahun lalu. Anggotanya berasal dari masyarakat setempat dan Soloraya.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Juru Kunci Sendang Siwani, Slamet Riyadi, mengatakan, pembentukan paguyuban di sendang setempat bermula dari kesulitannya mengelola tempat pertapaan dan bersejarah itu secara sendirian. Sepeninggal ayah sekaligus juru kunci terdahulu, Demang Supardi atau dikenal Mbah Pardi, Slamet merasa perlu membentuk perkumpulan agar Sendang Siwani tetap hidup.

“Setelah itu, saya membentuk paguyuban dan memiliki struktur kepengurusan. Jumlahnya belasan orang,” kata Slamet kepada Solopos.com, Sabtu (27/8/2022).

Seusai dibentuk, paguyuban itu mengadakan pertemuan rutin setiap dua pekan sekali. Hal itu termasuk kegiatan bakti sosial. Tujuannya, agar rasa persaudaraan terjalin baik dan berimbas pada semangat tetap merawat Sendang Siwani.

Baca Juga: Buang Sial, 21 Orang Ikut Ruwatan Massal di Pertapaan Sendang Siwani Wonogiri

“Seperti pada Ruwatan Massal tahun ini, sebenarnya persiapannya mendadak. Kondisinya kan masih pandemi Covid-19. Kami belum tahu bakal mengadakan Ruwatan Massal lagi. Tapi saya bersyukur, pas ada rencana bakal membuat kegiatan, paguyuban cukup membantu,” imbuhnya.

Terpisah, Juru Kunci Astana Gunung Giri, Badrun, menilai, keberadaan paguyuban di petilasan Sunan Giri berdampak positif. Hal ini lantaran objek diduga cagar budaya di tengah Alas Kethu itu lebih terawat.

“Kalau sebelum ada paguyuban, di sini gelap, enggak ada lampu sama sekali. Sekarang alhamdulillah, mulai ada pemasangan listrik, lampu, dan air. Itu semua berkat dana iuran anggota paguyuban,” kata Badrun kepada Solopos.com, Senin (29/8/2022).

Berdasar data yang dihimpun Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, Kabupaten Wonogiri memiliki 81 objek diduga cagar budaya. Dari puluhan objek tersebut, belum ada satu pun yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya. Hal ini membuat pembentukan paguyuban di sekitar cagar budaya menjadi penting.

Baca Juga: Hypermarket Terbesar Asia Dibangun di Jebres Solo, Groundbreaking November

Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Wonogiri, Eko Sunarsono, mengatakan keberadaan paguyuban sebenarnya sudah dibentuk di banyak objek diduga cagar budaya.

“Pembentukan paguyuban itu kan sebenarnya lebih berdampak positif. Soalnya bisa membantu agar keberadaan cagar budaya lebih hidup dan terawat,” ulasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya